Come in with the Rain

Minggu, 30 Desember 2012

2012 : a reflection


Apa saja yang saya pelajari kembali di tahun 2012:

1.   Uang bisa membeli segalanya.  Baju, makanan, rumah, mobil, kesenangan, manusia, bahkan isi kepala dan isi hati (kalau ada isinya, sayangnya lebih sering terkesan berisi tapi kosong melompong).  Kamu bisa berubah menjadi apapun, menjadi sesuatu yang bukan kamu, atau menjadi sesuatu seperti yang diinginkan si pemilik uang.  Manusia bisa menjadi malaikat hari ini, dan berubah menjadi iblis keesokan harinya.  I saw human playing God.
2.   Ketika kamu berada di atas, semua orang akan mendekat, dengan kepentingan masing-masing.  Jika kamu cukup bijaksana, kamu akan melihat terlebih dahulu baru kemudian menyimpulkan.  Kamu akan lebih dulu mendengarkan, baru kemudian berucap.  Jika kamu melakukan sebaliknya, kemungkinan kamu membuat kesimpulan yang salah akan lebih besar.
3.  Saat kamu memutuskan untuk berpegang teguh pada apa yang kamu percayai, di saat itulah kamu diuji.  Semakin kamu menolak mengikuti arus mainstream karena kamu tidak mempercayainya, semakin kencang batu-batu yang terbawa arus itu akan mengenaimu.
4.   Beberapa orang akan berkeras mengatakan kamu bodoh.  Tapi itu terserah padamu, kamu akan mempercayai mereka, atau dirimu sendiri.
5.    Teori Darwin yang menyebutkan bahwa makhluk hidup yang akan bertahan bukanlah yang paling kuat atau yang paling pintar, melainkan yang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya - adalah terbukti benar.  Untunglah manusia tidak bisa ber-adaptasi morfologi, mengerikan rasanya kalau sering-sering mendengar hati yang menghitam, hati yang meninggi, atau tangan yang memanjang.
6.  Ketika kamu berdoa memohon kekuatan, Tuhan tidak serta merta memberikannya.  Tapi kamu akan diberikan peluang untuk menjadi kuat.  Peluang untuk menjajal sejauh mana kamu mampu bertahan.  And that’s what we called problems.  Jangan khawatir kalau kamu kalah, kamu akan dihadapkan kembali dengan masalah itu sampai kamu bisa melaluinya.  Kalau kamu menang, kekuatanmu bertambah, dan tingkat masalah pun akan bertambah, tapi bonus kekuatanmu juga akan berlipat.  Sounds familiar?  Anggap saja seperti main Mario Bros dengan jamur-jamur beracunnya.
7.     Kamu bisa memilih beberapa nama dalam daftar kontak teleponmu, yang kamu tidak akan merasa sungkan untuk meneleponnya tengah malam untuk bersumpah serapah meluapkan kekesalan, atau sekedar mengirimkan simbol-simbol tanpa takut ia merasa terganggu – those are your best friends.
8.   Memandangi langit akan membuatmu merasa kamu tidak sendirian.  Ketika jaringan sosialmu tidak ada disana untuk menghiburmu, Tuhan akan melukis langit dengan indah untukmu.  Kalau lukisannya adalah awan hitam dan halilintar, itu juga indah kan, seperti lukisan tiga dimensi dengan efek dolby surround sound yang bisa dinikmati tanpa kacamata merah biru.
9.    Batas dari hak-mu adalah hak orang lain.  Kamu berhak menikmati musik dengan volume diatas normal, tapi orang lain juga berhak memperoleh ketenangan.  Kalau kamu tidak mau berbatasan dengan hak orang lain, tinggal saja di hutan.  Just that simple.
10. Kalau kamu merasa bingung dan lelah dengan takdir yang seakan-akan membawamu memutar jauh hanya untuk kembali ke titik awal, tertawa saja, menertawakan takdir kan bukan berarti menertawakan yang menciptakan takdir.  Karena mau marah semarah apapun toh hasilnya tetap sama, jadi yah tertawa saja, hitung-hitung senam wajah dan senam hati.  Kalau boleh mengutip lagunya Peter Pan.. “.. dan kamu hanya perlu terima..dan tak harus memahami..dan tak harus berfikir..hanya perlu menerima..”
11. Tentang cinta, mungkin akan tetap menjadi hal yang sulit untuk dipahami.  Dan yah, tak harus dipahami, hanya perlu menerima.  If you stuck into one person so deep that you can never forget, and all the people surround you tell you to forget it, to let go and move on with your life, but you still hold on to the past, lupakanlah perlahan.  Tidak perlu sekaligus, berjalan saja perlahan-lahan sambil menyusun sepotong hati yang baru.  Mungkin kamu berpikir mereka tidak akan mengerti rasanya karena belum pernah mengalaminya, tapi ingatlah, mereka hanya tidak ingin kamu terjebak dalam masa lalu.  Because they care.
12. Tahun yang berganti, usia kita pun bertambah.  Dan tanpa sadar orang tua kita pun semakin menua.  Just make sure you pay more attention this year and years after.

Di penghujung tahun, saya terusik dengan kalimat dari sebuah film (it’s Evan Almighty) 
“Do you know how to change the world? With one act of random kindness.” 
Dengan sebuah kebaikan kecil yang tidak terencana.  Hal-hal yang mungkin sepele tetapi ternyata berarti bagi orang lain.  Semoga tahun depan saya masih diberi kesempatan untuk melakukannya.

So, be strong, be brave, and be kind.  Happy New Year 2013!

Jumat, 07 Desember 2012

Loving You is Warm

Loving you is not red,
it's orange like morning light

It's warm
Like being under a blanket in a rainy day
Like wearing socks when asleep
Warm as a teddy bear's hug

Finding you is like the first summer after a long day of winter
It's grace like watching a deer jump across the river

Laughing with you is like watching a firework show
it's comforting as a simple serenade flow

Loving you is like dancing flame,
because loving you is warm.


#puisinya udah, yg mo dikasih ga ada ahahaha.. :D



Kamis, 29 November 2012

Menjadi Seorang “Roker” (ROmbongan KEReta)



Sudah dua bulan ini saya masuk ke lingkungan kerja yang baru dan beradaptasi dengan kekejaman jalanan ibukota.  Karena letak kantor yang cukup jauh dari rumah, saya pun memilih menggunakan jasa angkutan kereta listrik (bukan kereta api) atau nama kerennya Commuter Line (CL) jurusan Jakarta Kota atau Tanah Abang (tergantung telat tidaknya saya berangkat dari rumah).  Pilihan untuk mengandalkan CL tentu saja karena lebih cepat dan bebas macet.  Selama tidak ada gangguan berarti -yang sayangnya cukup sering- sebenarnya angkutan CL sudah cukup nyaman, walau dapat dipastikan saya tidak pernah dapat kursi sampai stasiun Sudirman.  Yah, lumayanlah untuk olahraga pagi-sore.  Dan saya memilih untuk naik di gerbong wanita, walaupun kehilangan kesempatan untuk cuci mata (he :D) tapi rasanya lebih nyaman kalau berdesak-desakan dengan sesama wanita. 

Di dalam kereta yang dipenuhi mungkin sekitar seratus orang setiap gerbongnya, bercampurlah segala macam wujud dari kaum xx ini.  Ada yang make-up nya seperti artis lenong mau manggung, ada yang ngobrolin pembantunya yang pacaran dengan tetangga sebelah, ada yang menelepon anak-anaknya, ada yang ngomongin korupsi di kantornya (ini serius lho saya pernah denger), ada yang sibuk main games dengan tablet-nya, dan ada juga yang tertidur (atau pura-pura tidur, wallahu a’lam) di kursi.  Dan saya kehilangan makna dari kata “ramah-tamah” dan “tolong-menolong” setiap kali saya berada di dalam kereta.  Oke mungkin tulisan saya ini hanya untuk sepersekian orang yang berlaku “kurang pantas”, saya pun ingin meyakini masih banyak orang baik di Jakarta, dan semoga saya tidak berlaku sama saat ada di posisi mereka.

Saya selalu merasa miris setiap kali melihat ibu hamil ikut berdesak-desakan di kereta, dan makin miris saat kami sudah hampir berteriak ke penumpang yang beruntung mendapatkan tempat duduk untuk memberikan tempatnya tapi mereka hanya diam.  Mudah-mudahan mereka memang tertidur, dan mudah-mudahan ini hanya suudzhon saya semata.  Kalau mereka hanya pura-pura tertidur dan mendengar kami yang meminta tolong namun tetap bergeming, biarlah karma yang akan berbicara.  I mean, they are women too.  Tidakkah mereka membayangkan bagaimana nanti kalau mereka hamil dan di posisi seperti itu.  Dan laki-laki pun sering berlaku sama, bisa duduk dengan tenang dan pura-pura tidur padahal di depannya wanita-wanita tangguh yang membantu suami mereka mencari nafkah sedang berdiri kelelahan.  Tidakkah mereka melihat bayangan ibu dan istri mereka di mata para wanita itu.   Sekali lagi mudah-mudahan ini hanya suudzhon saya semata.  Dan bukan berarti saya ingin mendapat tempat duduk besok pagi, saya merasa masih sanggup berdiri. 

Saya pun teringat film pendek dari Jepang yang pernah saya tonton di pesawat.  Saya lupa judulnya, tapi film itu bercerita tentang kehidupan beberapa orang yang bertemu di kereta yang sama, namun mereka tidak pernah saling kenal.  Ada remaja yang memiliki pacar yang suka mabuk dan memukulinya namun ia tak pernah berani untuk pergi.  Ada seorang ibu yang hidup dengan penghasilan suami yang pas-pasan namun memaksakan diri ikut di dalam lingkaran sosial yang lebih tinggi agar tidak digunjingkan.  Ada seorang pelajar yang belajar supaya lulus ujian karena ia akan menyampaikan perasaannya kepada pria pujaannya hanya jika lulus ujian.  Dan yang paling menyentuh adalah kisah seorang wanita yang telah tiga tahun bertunangan dengan teman sekantornya, namun tunangannya malah ingin menikahi teman wanitanya di kantor yang sama karena wanita itu terlanjur hamil. 

Saya ingat wanita yang ditinggal menikah ini datang ke acara pernikahan tunangannya tersebut dengan gaun yang sangat indah dan riasan yang sangat cantik sampai pengantin wanitanya pun kalah cantik, dan karena sang pengantin wanita risih melihat tamunya lebih cantik, wanita ini pun diminta pulang lebih dulu.  Dan pulanglah wanita ini dengan membawa souvenir, berjalan dengan anggun dan membiarkan pengunjung yang lain berpikiran bahwa pengantin pria sudah salah memilih mempelai.  Terdengar kejam?  Tidak menurut saya.  Karena setelah wanita itu naik kereta dalam perjalanan pulang, mulailah ia menangis tersedu menunjukkan kehancuran  hatinya.  Penumpang yang lain hanya memperhatikan dengan aneh.  Sampai seorang nenek bertanya apakah ia mau bercerita mengapa ia menangis begitu hebatnya.  Diceritakanlah semua beban hatinya kepada seorang nenek yang baru pertama kali ia temui di dalam kereta.  Dan komentar nenek tersebut setelah mendengar ceritanya adalah
“Mungkin saya berbeda dengan kebanyakan orang tua lain yang akan berkata bahwa tindakanmu adalah tindakan yang buruk.  Tidak.  Kalau kamu ingin membalas laki-laki itu saya akan melakukan hal yang sama.  Balaslah sampai kamu puas.  Tapi kemudian kamu harus bangkit dari dendam itu, pindah dari pekerjaanmu, dan memulai kehidupan yang baru.  Tidak apa-apa seorang wanita menangis.  Tapi wanita sejati adalah mereka yang memiliki kekuatan untuk menghentikan air matanya sendiri.” 
Nenek itu pun memberikan saran kepada wanita tersebut untuk turun di stasiun berikutnya dan menenangkan diri.  Wanita ini setelah sempat merasa ragu akhirnya menuruti saran nenek itu.  Berhentilah ia di stasiun berikutnya.  Dan setelah berkeliling barulah ia mengerti kenapa nenek itu menyuruhnya berhenti di stasiun tersebut.  Ia turun di kota yang sangat damai dan indah untuk menenangkan diri.

Setelah cerita panjang lebar saya, terima kasih masih melanjutkan.  Lalu mungkin teman-teman bertanya, “Lantas, apa maksud cerita tersebut?”

Setiap hari di dalam kereta, hampir semua orang sibuk dengan telepon genggamnya masing-masing (ya, saya juga termasuk di dalamnya).  Dengan headset di telinga, kita sibuk menjelajah dunia maya.  Jarang kita temui lagi orang-orang yang bertemu di dalam kendaraan bertegur sapa dan mengobrol tentang hal-hal sederhana.  Setiap orang yang mencoba mengajak berbicara pasti langsung kita curigai, dan kita takut menatap matanya karena takut dihipnotis.  Akibatnya, kita pun tidak berani mengajak berbicara karena takut dicurigai.  Lalu kemana perginya “ramah-tamah” dan “tolong-menolong” itu?  Apakah kita melakukannya hanya terhadap orang yang kita kenal?  Apakah semua orang itu adalah “orang asing” sampai kita tau pin BB-nya atau alamat facebook-nya? 

Dan di akhir film itu, epilog dari sang nenek 
“Mungkin kita merasa, tidak ada gunanya kita menceritakan masalah kita kepada orang lain, apalagi kepada orang yang tidak dikenal.  Kalau semua orang berpikiran seperti itu, tidak ada lagi orang-orang yang saling berbagi cerita.  Jangan pernah berpikir kalau satu suaramu tidak akan membuat perbedaan.  Jangan pernah berpikir kalau kamu hanya akan melakukan perbuatan yang sia-sia.  Karena menceritakan masalahmu kepada orang lain tidak pernah sia-sia.”

See how a small thing can make a big difference?  Let’s begin with a small step. 

Jika kita belum mau menceritakan masalah kita kepada orang lain, dengarkanlah mereka yang ingin bercerita.  Jika kita tidak bisa memberikan kursi, bantulah untuk mengimbau kepada yang pura-pura tertidur (balik lagi ke kereta :p) and see how we can make a big difference to their life. 

Senin, 22 Oktober 2012

In the Search for the Safest Place on Earth



I have a friend with a sceptical issue.  Dia sulit mempercayai sesuatu – atau seseorang.  We’ve been discussing things related to the issue.  Awalnya saya mengira dia seorang yang arogan.  Karena saya pikir, salah satu hal yang membuat kita tidak bisa mempercayai sesuatu – atau seseorang adalah  karena kita merasa menjadi yang paling benar, sehingga tidak bisa mempercayai pendapat orang lain.

But then I remember myself.

I used to be someone like that too.  And that’s because I felt insecure.  Banyak orang mengira saya menjalani kehidupan yang manis dan selalu menyenangkan.  But hey, every fairy tale has its own sad part too.  Saya mungkin terlihat tenang dan menyenangkan.  Tapi ada masanya saya tidak berlaku seperti saya saat ini.  Ada masanya saya mencurigai setiap orang dan melihat kemunafikan tergambar jelas di wajah mereka.  Ada saatnya saya selalu membangun benteng yang tinggi dan kokoh untuk melindungi diri saya sendiri, karena saya tahu, tidak akan ada orang lain yang melindungi saya selain diri saya sendiri.  Ada masanya saya ingin tiba-tiba terdampar di pulau tak berpenghuni agar tak harus bertemu siapa pun.  Ada kalanya pula saya ingin semua orang yang saya benci menghilang seperti adegan jin yang menghilang dalam asap.  Terdengar seperti saya sudah hidup lama sekali kan, and for God’s sake I’m just 25!

And for that insecurities I’ve been tied to, now I release it one by one.  Mungkin karena pengaruh usia, saya mulai bisa berpikir dengan tenang.  Mengurai satu per satu semua rasa sakit yang pernah saya alami.  Mencoba berpikir dari semua sisi dengan segala kemungkinan yang ada.  Beberapa mungkin tidak akan pernah saya temukan jawabannya, namun setidaknya hati saya kini lebih ringan, dan pembangunan benteng di hati saya pun vakum. 

Apa yang membuat saya berubah pikiran?  Sayangnya saya tidak bisa menjawab bahwa itu adalah seseorang yang spesial yang mampu mengubah hidup saya, no, because I haven’t met that someone yet.  Saya merasa, saya mulai berubah saat bertemu dengan teman-teman baik saya saat ini.  Sharing stories – good and bad, funny and sad – thinking about things from our seven perspectives, laughing and crying together, and building our trust once again.  I said once again, because we had that pure trust when we were children.  And I remember a quote “Everyone in life is gonna hurt you, you just have to figure out which people are worth the pain.”  It’s quite right, I don’t want to hold on to pain because someone that just not worth it.  Someone that’s just not worth enough being in my mind.

Memang tidak mudah menemukan seseorang yang membuat kita merasa aman disisinya.  Yang membuat kita tetap merasa aman saat kita menceritakan rahasia tergelap kita.  Yang membuat kita merasa aman hanya dengan mengetahui dia akan tetap ada disana, dengan seluruh trauma dan kepahitan yang pernah kita alami.  Yang akan mengingatkan siapa diri kita sebenarnya saat kita berubah menjadi orang lain.  Yang akan senantiasa menyebut nama kita dalam doa-doanya.  Because two places are the most valuable in this world; the nicest place is to be in someone’s thoughts, and the safest place is to be in someone’s prayers.

And I always hope there’s someone that says my name in their prayers.  Because I know then I’ll be safe.


PS. I suddenly remember a beautiful song from Rivermaya – You’ll be Safe Here

"Nobody knows
Just why we're here
Could it be fate
Or random circumstance
At the right place
At the right time
Two roads intertwine

And if the universe conspired
To meld our lives
To make us
Fuel and fire
Then know
Where ever you will be
So too shall I be

Chorus:

Close your eyes
Dry your tears
'Coz when nothing seems clear
You'll be safe here

From the sheer weight
Of your doubts and fears
Weary heart
You'll be safe here

Remember how we laughed
Until we cried
At the most stupid things
Like we were so high
But love was all that we were on
We belong
[ Lyrics from: http://www.lyricsmode.com/lyrics/r/rivermaya/youll_be_safe_here.html ]
And though the world would
Never understand
This unlikely union
And why it still stands
Someday we will be set free.
Pray and believe

Chorus:

When the light disappears
And when this world's insincere
You'll be safe here
When nobody hears you scream
I'll scream with you
You'll be safe here

Save your eyes
From your tears
When everything's unclear
You'll be safe here

From the sheer weight
Of your doubts and fears
Wounded heart

When the light disappears
And when this world's insincere
You'll be safe here

When nobody hears you scream
I'll scream with you
You'll be safe here

In my arms
Through the long cold night
Sleep tight
You'll be safe here

When no one understands
I'll believe
You'll be safe,
You'll be safe
You'll be safe here
Put your heart in my hands
You'll be safe here"

download this song here

Kamis, 06 September 2012

Because Love is Not Always Bright..

Dark Side performed by Kelly Clarkson

" There's a place that I know
It's not pretty there and few have ever gone
If I show it to you now
Will it make you run away

Or will you stay
Even if it hurts
Even if I try to push you out
Will you return?
And remind me who I really am
Please remind me who I really am

Everybody's got a dark side
Do you love me?
Can you love mine?
Nobody's a picture perfect
But we're worth it
You know that we're worth it
Will you love me?
Even with my dark side?

Like a diamond
From black dust
It's hard to know
What can become
If you give up
So don't give up on me
Please remind me who I really am

Everybody's got a dark side
Do you love me?
Can you love mine?
Nobody's a picture perfect
But we're worth it
You know that we're worth it
Will you love me?
Even with my dark side?

Don't run away
Don't run away
Just tell me that you will stay
Promise me you will stay
Don't run away
Don't run away
Just promise me you will stay
Promise me you will stay

Will you love me?

Everybody's got a dark side
Do you love me?
Can you love mine?
Nobody's a picture perfect
But we're worth it
You know that we're worth it
Will you love me?
Even with my dark side?

Don't run away
Don't run away

Don't run away
Promise you'll stay "

...and everybody's got a dark side, will you love mine?

Senin, 03 September 2012

What I enjoy most when running: Wind.



Saya tidak pernah menjadi orang yang dikategorikan jago olahraga.  Dari kecil, sampai sebesar ini.  Dan karena memang tidak dibiasakan berolahraga dalam keluarga, jadilah saya amatiran yang ala kadarnya.  Semasa sekolah, nilai pelajaran paling kecil pasti ya olahraga itu tadi, atau kalau dulu namanya Penjaskes.  Permainan dengan bola-basket, kasti, atau apapun-pasti kalah.  Senam lantai, cuma dapat nilai penuh untuk memberi hormat di awal dan di akhir.  Lempar lembing atau tolak peluru, cuma bergerak beberapa meter saja dari kaki.  Renang, keburu panik kalau di dalam air tanpa pijakan.  Lari, pasti urutan terakhir.  Untungnya badan saya tergolong “mungil” jadi semua orang pasti memaklumi kalau saya tidak mahir berolahraga.
But recently, setelah saya lulus sekolah dan tidak diharuskan mengikuti pelajaran olahraga, saya memilih lari pagi sebagai olahraga yang cukup saya nikmati.  Walaupun sebenarnya lebih karena alasan ekonomis dan kepepet.  And what I enjoy most when running:  Wind.  Merasakan belaian angin yang menerpa wajah saat berlari itu sangat menyenangkan.  Mungkin seperti itu rasanya merasakan belaian tangan orang terkasih yang menghapus airmata di pipi.  Merasakan kesejukan yang menenangkan.  Lalu, saat berlari, rasanya dunia pun ikut berlari dalam arah yang berlawanan, memberikan pemandangan yang indah dan memacu untuk terus bergerak maju.  Saat saya memperlambat langkah untuk beristirahat, saya juga menikmati detak jantung yang bergerak lebih cepat dari biasanya, dan terasa berdenyut sampai urat nadi.  Merasakan kehidupan.  Merasakan hidup.

Minggu, 12 Agustus 2012

(I Thought) God Must Hate Me

“Aku terserah persangkaan hamba-Ku.
 Aku bersamanya (memberi rahmat dan membelanya) bila dia menyebut nama-Ku.
 Bila dia menyebut nama-Ku dalam dirinya, aku menyebut namanya pada diri-Ku. 
Bila dia menyebut nama-Ku dalam perkumpulan orang banyak, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih banyak dari mereka.
 Bila dia mendekat kepada-Ku sejengkal (dengan melakukan amal shaleh atau berkata baik), maka Aku mendekat kepadanya sehasta.
 Bila dia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa. 
Bila dia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat (lari)”. (HR. Bukhari dan Muslim, lafadz hadits ini dalam shahih Bukhari)

God must hate me. Saat saya merasa semua hal yang saya kerjakan sia-sia.  Saat saya berpikir semua masalah datang silih berganti sampai rasanya habis seluruh tenaga untuk mengatasinya, dan tetap tidak berhasil.  Saat saya mencurigai semua orang di sekitar saya dan merasa muak dengan dualisme kemunafikan mereka.  Saat saya menghitung mereka yang saya sayangi beranjak pergi tanpa menoleh sedikit pun untuk mengucapkan selamat tinggal.  Saat semesta terasa bersekongkol untuk membuat keadaan menjadi lebih dramatis dan melankolis.  God must hate me, saya menuliskan kalimat itu di akun facebook pribadi saya.  Dan saat komentar berdatangan, satu yang paling saya ingat adalah hadits di atas, dituliskan dengan sangat indah oleh sahabat saya, Syavira Alattas (yang juga pemilik blog www.catatanputripelangi.blogspot.com) dengan tambahan kalimat "...jadi jangan suudzhon sama Allah".

Seketika itu juga mata saya menjadi kabur oleh air mata.  Dan saya terisak sendiri, merenungi setiap kata dalam hadits yang dicatatkannya.  Saya pun tersadar, bukan Dia yang membenci saya, tapi saya lah yang berjalan menjauh dari kemurahan-Nya.  Saya lah yang memilih jalan yang berliku dan menyalahkan semua hal selain diri saya sendiri. 

Semua akan saya lakukan kini, bila harus saya berjalan merangkak dengan lutut berdarah-darah, saya akan selalu mengingat janji-Nya, dan percaya Dia akan menanti dan mengampuni saya, Insya Allah.

"... Karena Aku terserah persangkaan hamba Ku..."

PS: Dear Vira, i'm glad i have you as one of my best friends, maybe if you have smaller eyes we could be sisters (-.-)

Minggu, 05 Agustus 2012

Beng


Tebak-tebakan jayus antara saya dan Dince setelah mendengar nama yang unik “Beng”.

Oya, baidevei Dince itu adik saya, nama asli kita samarkan saja karena kalau suatu saat dia baca tulisan ini pasti bakal ke-ge-er-an sampe ileran :D 

Rina       :  “Kalo dia berdua jadi apaan Dince?”
Dince     :  “Ga tau..”
Rina       :  “Beng-Beng..”
Dince     :  “Ga nyambung..”
Rina       :  “Kalo dia miring jadi apaan Dince?”
Dince     :  “Apaan sih ga jelas banget..”
Rina       :  “Jadi Bengkok dooong,,hehehe..”
Dince     :  “Yeee.. “
Rina       :  “Kalo dia nongkrong di lampu merah jadi apaan Dince?”
Dince     :  “Tauuu.. “
Rina       :  “Bengcong dong cyiiin… “
Dince     :  “Najoooongg…” :D
Rina       :  “Kalo dia ga punya mobil gimana Dince?”
Dince     :  “Bodo ah..”
Rina       :  “Salaah..jadinya neBeeeng doooong..ahahahaha…”
Dince     :  “Rina stress yak?” :D
Rina       :  “Trus kalo mobilnya ga bisa jalan gimana Dince?”
Dince     :  “Tau ah capek dengerinnya..” (-.-‘)
Rina       :  “Aaah..payaaaah..gitu aja ga tauu..kalo mobilnya ga jalan ya isi Bengsin dooong..gyahahaha..”

Padahal masih pengen ngelanjutin tapi keburu diomelin Ibu gara-gara berisik, hihihihihi…

Oya, maaf ya yang namanya Beng, bukan maksud menghina kok..Cuma nama kamu menginspirasi sekali.. maaf yaaaa…jangan tersinggung yaaa..Cuma bercanda koooook.. Piiiissss.. v(^.^)v


Kamis, 19 Juli 2012

Aksi = - Reaksi


When you made an action, everybody will react.

Just like the 3rd Newton Principles, Action = -Reaction.  Every action will cause a reaction with an exact energy but in an opposite direction.  That’s why when we act, we will get some reaction, and some of them will be in the opposite. 

And when I made a decision, people surround me gave reactions.  Some said that I’m stupid, some said that I’m selfish, some might said that I’m brave, some doubt I’d survive, some other felt pity for me, and some part of them (who knows me best) said that they understand and they support me.

I’m not stupid absolutely.  I know myself better than any other does, and when I think it’s enough, I will finish it.  And the other reasons will follow.  I have think about it over and over, I wrote down notes, and then I pray, and when there’s no more solution, I will take it.  I’m not little Miss Spoil and Selfish, I fully realize that my life is not only about me, that’s why I can’t be selfish, and I never feel sorry to have such destiny.

I’m not playing hero.  I have no intention to be a hero.  But I have to be brave.  Brave enough to embrace whatever happen next.  Maybe some people will doubt I’d survive, but they never know, neither do I.  So why they bothering about my future, when they already have theirs to worry about.  And please don’t feel pity, I’m not that pitiful.  I passed some problems that maybe some other never dreams about.  And I’m strong enough to stand with my head held up high.  Believe me.

Lucky me, I have such amazing family and friends that never judge me.  Because they trust me.  They know I’d never do something without some good reasons.  And that’s all I need.  Trust.  And I can trust them back.  To catch me when I fall, to hold me when I fly to high.  

And my God.  Another bigger reason.  Atheist may say I’m crazy, to believe in something I never know and I never see.  But should it be seen when I feel it everywhere.  When I know, everywhere I go, whatever I did wrong, I could always be forgiven and I would guided to find my way back.  Faith.  I hope it would never go away.

Tak usah kita pikirkan ujung perjalanan ini.

Saat saya memutuskan melangkah keluar dan meninggalkan tempat yang mendewasakan saya selama tiga tahun terakhir, saya hanya menerima, menerima apapun yang dikatakan orang lain.  Menerima apa yang mereka pikirkan, menerima takdir yang menuliskan demikian.

Tiga tahun itu, yang diwarnai dengan begitu banyak pelajaran yang berarti.  Perjumpaan, perpisahan, persahabatan, pertengkaran, tawa, air mata, kebencian, pengkhianatan, dan cinta.  Manusia dengan sifatnya masing-masing.  Manusia dengan kepentingannya masing-masing.  Manusia dengan hati yang berwarna-warni.  Kadang putih, kadang hitam, kadang abu-abu.  Sungguh banyak yang telah saya lihat.

Dan ketika saya harus pergi, saya akan pergi dengan hati yang lapang.  Dengan rasa lega karena hati saya telah berkata cukup, dan seperti kata-kata dari seorang sahabat “sudah saatnya kamu mencari kebahagiaan di tempat yang lain.” 


Thanks to Aulia Rachman, for those last words in the note.