Come in with the Rain

Minggu, 12 Agustus 2012

(I Thought) God Must Hate Me

“Aku terserah persangkaan hamba-Ku.
 Aku bersamanya (memberi rahmat dan membelanya) bila dia menyebut nama-Ku.
 Bila dia menyebut nama-Ku dalam dirinya, aku menyebut namanya pada diri-Ku. 
Bila dia menyebut nama-Ku dalam perkumpulan orang banyak, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih banyak dari mereka.
 Bila dia mendekat kepada-Ku sejengkal (dengan melakukan amal shaleh atau berkata baik), maka Aku mendekat kepadanya sehasta.
 Bila dia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa. 
Bila dia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat (lari)”. (HR. Bukhari dan Muslim, lafadz hadits ini dalam shahih Bukhari)

God must hate me. Saat saya merasa semua hal yang saya kerjakan sia-sia.  Saat saya berpikir semua masalah datang silih berganti sampai rasanya habis seluruh tenaga untuk mengatasinya, dan tetap tidak berhasil.  Saat saya mencurigai semua orang di sekitar saya dan merasa muak dengan dualisme kemunafikan mereka.  Saat saya menghitung mereka yang saya sayangi beranjak pergi tanpa menoleh sedikit pun untuk mengucapkan selamat tinggal.  Saat semesta terasa bersekongkol untuk membuat keadaan menjadi lebih dramatis dan melankolis.  God must hate me, saya menuliskan kalimat itu di akun facebook pribadi saya.  Dan saat komentar berdatangan, satu yang paling saya ingat adalah hadits di atas, dituliskan dengan sangat indah oleh sahabat saya, Syavira Alattas (yang juga pemilik blog www.catatanputripelangi.blogspot.com) dengan tambahan kalimat "...jadi jangan suudzhon sama Allah".

Seketika itu juga mata saya menjadi kabur oleh air mata.  Dan saya terisak sendiri, merenungi setiap kata dalam hadits yang dicatatkannya.  Saya pun tersadar, bukan Dia yang membenci saya, tapi saya lah yang berjalan menjauh dari kemurahan-Nya.  Saya lah yang memilih jalan yang berliku dan menyalahkan semua hal selain diri saya sendiri. 

Semua akan saya lakukan kini, bila harus saya berjalan merangkak dengan lutut berdarah-darah, saya akan selalu mengingat janji-Nya, dan percaya Dia akan menanti dan mengampuni saya, Insya Allah.

"... Karena Aku terserah persangkaan hamba Ku..."

PS: Dear Vira, i'm glad i have you as one of my best friends, maybe if you have smaller eyes we could be sisters (-.-)

Minggu, 05 Agustus 2012

Beng


Tebak-tebakan jayus antara saya dan Dince setelah mendengar nama yang unik “Beng”.

Oya, baidevei Dince itu adik saya, nama asli kita samarkan saja karena kalau suatu saat dia baca tulisan ini pasti bakal ke-ge-er-an sampe ileran :D 

Rina       :  “Kalo dia berdua jadi apaan Dince?”
Dince     :  “Ga tau..”
Rina       :  “Beng-Beng..”
Dince     :  “Ga nyambung..”
Rina       :  “Kalo dia miring jadi apaan Dince?”
Dince     :  “Apaan sih ga jelas banget..”
Rina       :  “Jadi Bengkok dooong,,hehehe..”
Dince     :  “Yeee.. “
Rina       :  “Kalo dia nongkrong di lampu merah jadi apaan Dince?”
Dince     :  “Tauuu.. “
Rina       :  “Bengcong dong cyiiin… “
Dince     :  “Najoooongg…” :D
Rina       :  “Kalo dia ga punya mobil gimana Dince?”
Dince     :  “Bodo ah..”
Rina       :  “Salaah..jadinya neBeeeng doooong..ahahahaha…”
Dince     :  “Rina stress yak?” :D
Rina       :  “Trus kalo mobilnya ga bisa jalan gimana Dince?”
Dince     :  “Tau ah capek dengerinnya..” (-.-‘)
Rina       :  “Aaah..payaaaah..gitu aja ga tauu..kalo mobilnya ga jalan ya isi Bengsin dooong..gyahahaha..”

Padahal masih pengen ngelanjutin tapi keburu diomelin Ibu gara-gara berisik, hihihihihi…

Oya, maaf ya yang namanya Beng, bukan maksud menghina kok..Cuma nama kamu menginspirasi sekali.. maaf yaaaa…jangan tersinggung yaaa..Cuma bercanda koooook.. Piiiissss.. v(^.^)v