Come in with the Rain

Jumat, 04 Oktober 2019

Madinah al Munawarah

Madinah al Munawarah - Madinah kota yang bercahaya.
Tiba di Madinah di malam hari memang penuh dengan cahaya.  Tapi al Munawarah yang dimaksud adalah kota ini akan menjadi kota yang bercahaya di hari kiamat nanti karena kesuciannya.
Jadwal yang kami dapat adalah 4 hari berada di Madinah, sebelum berangkat ke Mekkah untuk melaksanakan umroh.

Day 1-2
Setelah penerbangan sembilan jam dari Jakarta, kami tiba di hotel sekitar jam 12 malam waktu setempat.  Selama di Madinah, kami menginap di Nozol Munawarah, hotelnya hanya 5 menit berjalan kaki dari/ke masjid Nabawi.  Jadi setelah pembagian kamar, kami hanya beristirahat sebentar, kemudian menuju ke Masjid Nabawi untuk solat tahajud dan solat subuh. 


Prince Mohammed bin Abdul Aziz Int'l Airport

Yang pertama kali dirasakan saat masuk ke Masjid Nabawi tentu saja terharu, tidak menyangka bisa sampai ke tempat ini dan berada dekat sekali dengan Rasulullah SAW.  Walaupun Masjid ini tidak pernah sepi, ada kedamaian yang terasa menyelimuti di tengah hiruk pikuk lalu lalang jamaah.  It's just a peaceful atmosphere surround us. 
Inside Masjid Nabawi


Setelah solat subuh, kami kembali ke hotel untuk sarapan pagi, dan kemudian bersiap untuk ziarah dalam Masjid Nabawi, Makam Baqi, dan Raudhoh.
Saat ziarah ini, Alhamdulillah kami dipandu langsung oleh Aa Gym, beliau menjelaskan segala hal tentang Masjid Nabawi, dan kami juga dibawa berziarah ke Makam Baqi, tempat dimakamkannya orang-orang soleh, dan menurut riwayat, orang-orang yang dimakamkan disini akan dibangkitkan lebih dulu saat hari kiamat nanti.






Setelah keliling Masjid, jamaah wanita dan jamaah pria dipisahkan karena akan mengunjungi Raudhoh dan Makam Rasullullah SAW.  Kalau jamaah pria lebih beruntung karena bisa mengunjungi makam Rasulullah SAW, namun untuk jamaah wanita, dibatasi hanya sampai Raudhoh, tempat diantara mimbar dan rumah  Rasullullah SAW yang menjadi tempat mustajab untuk berdoa.
Namun perjuangannya untuk sampai ke Raudhoh luar biasaaaa saudara-saudara.  Kami sudah mengantri untuk masuk, dan begitu sudah sampai ke batas Raudhoh, dimulailah dorong-mendorong terjadi karena penuh sekali jamaah yang ingin masuk, dan akhirnya saya dan Ibu menyerah dan tidak sempat solat di saf depan, kami mencari tempat yang agak sepi dari dorong-mendorong jamaah lain.
Beberapa orang bilang kalau malam lebih sepi, tapi rasanya kami tidak berani mencoba lagi, karena jamaah dari negara-negara Arab dan India badannya jauh lebih besar dan bergerombol, tenaganya pun besar dan benar-benar membuat kita merasa akan jatuh terpental :p



Personally, saya suka sekali solat di Masjid Nabawi, karena ketenangan dan keteraturannya.  I don't know why but everything seems so beautifully in order, bahkan burung-burung merpati yang terbang di halamannya pun dalam satu irama yang sama.  Mengingatkan saya pada ayat “Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersamanya (Daud) di waktu petang dan pagi. Dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul (sehingga bertasbih bersamanya). Masing-masing burung itu amat taat kepada-Nya.” (QS. Shad:17-19)




Day 3-4
Di hari ketiga, kami city tour kota Madinah dengan mengunjungi masjid Quba, makam syuhada Perang Uhud, dan kemudian kebun kurma.  Diriwayatkan bahwa keutamaan solat di Masjid Quba adalah sama seperti pahala berumroh. 



Masjid Quba
 Tapi dari city tour hari ketiga ini, yang paling mengharukan adalah saat berziarah ke Makam syuhada perang Uhud.  Ustadz pembimbing kami mengisahkannya dengan sangat indah, bahwa para syuhada ini tidak gentar dan menuruti perintah untuk tetap berada di posisi mereka walaupun dikepung musuh dalam jumlah yang jauh lebih besar.  Pak Ustadz bilang, para syuhada ini sebenarnya tidak pernah mati, mereka menunggu dalam kenikmatan sampai hari dimana mereka akan masuk ke syurga, hanya bagi kita di dunia saja mereka terlihat sudah menjadi jenazah, tapi saat ada perbaikan makam dan terpaksa membongkar makam, jenazah mereka masih utuh dan bahkan darahnya belum mengering.  In my memory, adegan perang paling keren adalah di Lord of The Ring The Return of The King, waktu adegan Aragorn membawa pasukan hantu yang dulu pernah berkhianat untuk kembali berperang bersamanya agar mereka bisa beristirahat dengan tenang.  But this story of Syuhada is a lot more affected me, dan seribu kali lebih mengharukan.
Di makam itu pun saya berdoa, semoga saat hari akhir nanti, saya bisa melihat mereka, dan berada di barisan yang sama, walaupun saya berada jauuuuh sekali di paling belakang, it doesn't matter.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar