Come in with the Rain

Kamis, 31 Desember 2020

2020: A Year Like Never Before

Tahun ini terasa begitu istimewa.  Mungkin dalam satu abad terakhir sejak pandemic Spanish Flu, belum pernah lagi ada kejadian luar biasa yang memaksa seluruh manusia di seluruh dunia untuk tunduk sekali lagi kepada alam.  It’s like the world pushed us to stop for a while.  Sudah satu tahun pandemic Covid 19 ini berlangsung – di Indonesia sendiri sekitar 9 bulan – dan belum ada tanda-tanda akan segera berakhir, well at least here.

Dan dalam sembilan bulan terakhir, sungguh banyak kejadian yang memberi kita – saya khususnya – pelajaran dan renungan.  Tentu saja yang pertama adalah mengenai kebesaran Allah.  Sungguh betapa sesuatu yang sangat kecil dan bahkan tidak terlihat, bisa mengubah kehidupan semua orang.  Sungguh betapa makna “Sabar dan Syukur” menjadi sebuah pelajaran yang jelas.  Bagaimana bersabar untuk semua ujian, dan bagaimana bersyukur di setiap keadaan, yang selalu terdengar mudah saat diucapkan, namun terasa sulit sekali dilaksanakan.

Tahun ini pun menjadi bukti, bahwa manusia memang diciptakan dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa.  Bagaimana kemudian pandemi ini memaksa kita untuk beradaptasi dengan teknologi, dengan keterbatasan, dengan jarak, dan bagaimana memaksa kita untuk tetap waras dalam menjalani semua perubahan yang sangat cepat dan mungkin tidak selalu menyenangkan.

But this pandemic also reminds us, that the safest place is home.

For me personally, this year taught me many things. 

I found many good books in which I learned to discover new things about myself.  Books that inspires me, and even heals me in some ways.  This year too, I learned new skills.  Yang tadinya paling malas kalau melihat pola jahitan, di tahun ini bisa punya niat beli mesin jahit dan belajar jahit – walaupun hasilnya baru bisa buat masker sendiri.  But I think that was a quantum leap for myself.  Many encouraging movies, stories, and songs, that every one’s trying to cheer up each other, and that was warming. 

This year too, I’ve lost myself again.  Many times my heart saw the way out, but I didn’t have the courage to walk to that way.  But then again, the aayah ‘and He found you lost and guided you’ from the surah Ad Dhuha was proven.  Then here I am, thinking that it’s been a roller coaster ride this year, but I’m glad that it’s still on track.  And if someday I lose the track again, I believe Allah will light the way once more.

I hope 2021 everything will get better for everyone.  And we can live like we used too - even if it  won't be exactly the same like before, but I guess we'd become stronger, and wiser.

 


Jumat, 17 April 2020

New Normal Life

Hari ini adalah hari ke-47 semenjak kasus pertama Covid-19 diumumkan di Indonesia tanggal 2 Maret 2020 lalu.  Angka yang semula hanya 2 orang, hari ini berubah menjadi 5.516 orang yang terkontaminasi positif saat ini, dengan jumlah korban jiwa 496 orang.  Semula kita tidak ada yang mengira akan seperti ini saat pertama mendengar virus ini mewabah di Wuhan-China.  Well, mungkin tidak semua.  Para dokter dan peneliti sebenarnya sudah memperkirakan, tetapi sepertinya pemerintah hanya ingin bermain aman.  Di awal-awal instead of memperingatkan warganya, malah sibuk membuka iklan pariwisata kalau Indonesia aman dan bebas virus, dengan mengeluarkan dana-dana promosi yang besar-besaran.  Mungkin saat ini adalah balasan dari kesombongan saat itu.

Musuh yang dihadapi saat ini sesuatu yang sangat kecil dan tidak terlihat.  Betapa bukti kebesaran Allah, dengan makhluk sekecil itu bisa memporakporandakan kehidupan.  We are adapting to a new normality right now.  Social distancing, work from home, school from home, hygiene and food habit, and everything else's change.  No more social gathering, no more travelling around, even no more religious activities together.  And the frightening things, after the pandemic, there will be likely a global economic crisis, but I do hope it won't be happen.

Awal-awalnya membaca dan mendengarkan semua berita ini menjadi sebuah keharusan, tapi mungkin karena terlalu banyak informasi, akhirnya malah jadi stress sendiri.  Saat ini membatasi diri dari membaca terlalu banyak.  Mendengarkan yang baik-baik.  Belajar banyak hal, dan terutama mensyukuri lebih banyak hal.

Disaat-saat seperti ini, saya yang sering berpikir "hidup gue ya gini-gini aja sih, ga kayak orang lain yang punya banyak hal untuk dibanggain - atau dipamerin 😁 - atau mungkin kayak temen-temen gue yang rasanya udah meniti a dream life deh.. di umur segini udah punya jabatan, atau bisnis sendiri, punya suami/istri plus anak-anak yang lucu, rumah minimalis yang mahalmiris 😄 jalan-jalan kemana-mana pasang foto cakep di IG"  dan sederet ke-iridengki-an saya yang ga ada habisnya.

Tapi benar yang pernah saya dengar di salah satu ceramah "hidup kamu yang rasanya 'gini-gini aja' itu sebenarnya sebuah nikmat, karena Allah menghindarkan kamu dari musibah yang kamu ga tau.."
And that was definitely true..
Siapa yang tau saya bakal kayak jadi orang yang seperti apa kalau dapat semua kemudahan dan kemewahan ya kan.. mungkin bakal jadi kayak cerita Bawang Merah or even worse.

Dan ditengah keterbatasan karena pandemi ini, i really miss my mediocre - normally - nothing so special - life alias hidup yang selalu gini-gini aja..
Bangun pagi, siap-siap ke kantor, pesen gojek ke stasiun, naik kereta yang penuh sesak, judes-judesan sama emak-emak di kereta, ketemu mas-mas kece di stasiun -ups🤭, becanda di kantor, riweuh disuruh-suruh ama bos, makan siang bareng, jajan bubur and bakso di pinggir jalan, kalo habis gajian bisa jalan ke mall, potong rambut di salon, main ke rumah temen trus ngerumpi seharian..
so many little things that now become a luxury things to have..

Dan bersyukur sekali di situasi saat ini bekerja di perusahaan yang membolehkan work from home, dan kalaupun terpaksa ke kantor ada antar jemput karyawan.. sementara masih banyak orang yang tidak mendapatkan fasilitas seperti itu diluar sana.. bersyukur banget walaupun dirumah tapi masih tetap digaji.. bukan lagi dalam kondisi yang kalau tidak keluar cari uang ya tidak bisa makan..
I think Allah really put us in the best time of our timeline..
And my heart and prayer will always be for people who still have to be outside doing their job, to the medical workers, to police officers, to all of us.. we are facing it together..
And I really wish this new normal will end soon..



Senin, 17 Februari 2020

About Time


The theories about time always interesting.
Mulai dari teori waktu adalah linear, waktu adalah titik 4 dimensi, time is an illusion, time is fluid.  I think everything is make sense to me.
My second book this year is about time-travelling.  It’s from Japanese author Toshikazu Kawaguchi called “Before the Coffee Gets Cold”.  The book told 4 stories about 4 time travellers, in which they going back to the past and the future in a coffee shop.  But series of rules follow everyone who wants to try the time travelling experience.  The rules are pretty hard; you must sit at one particular chair – but you have to wait the ghost that always sitting there to leave for a short moment on unpredictable time, you have to come back before the coffee in front of you gets cold, and another series of rules.  But the most important rule, you can’t do anything that can change the present.


So maybe some of you asking what’s the point of going back to the past if we can’t change anything?
Well, I wouldn’t mind… 
If only I could turn back time to feel a couple of things once again,
To say the words unsaid before,
To see someone you knew you could never see them again in the future,
I think it worth the try.

Me personally touched by stories in this book, I guess you can tell how the ending for each stories, but still continue to read it.  For me, I want to know how they accept the fate and letting go at the same times.
And among those many theories about time, I believe one from Sapardi Djoko Damono:
Yang fana adalah waktu
Kita abadi
Memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
Sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.
Kita abadi.





Senin, 06 Januari 2020

The Last Time

“ I know you’re gonna be alright,
I just knew from the moment I saw you
That we’d be perfect for each other
But we both knew, that being together is an option we could never choose
And i have to choose to leave you
Because i know, you’re strong enough to face it
And you’re smart enough not to fall into a person like me anymore 
And I hope you know how much I love you, and how I wish you to be happy 
I will always be here watching you, even if you don’t notice 
And I will make sure you’re doing fine ..
I’m terribly sorry, to make you cry like this..”

I wish you said that,
nine years ago.