Come in with the Rain

Minggu, 20 Oktober 2019

Makkah Al Mukarramah


Makkah al Mukarramah – Makkah yang dimuliakan.  Dalam rangkaian perjalanan umroh kemarin, kami dijadwalkan berada di Makkah selama 4 hari juga.  Kami berangkat dari Madinah di hari keempat setelah bermiqat di Bir Ali dan berniat umroh.  Perjalanan dari Madinah ke Makkah sekitar 4-5 jam menggunakan bis rombongan.  Kami berangkat dari Madinah sekitar pukul 4 sore, dan karena sudah briefing sebelumnya bahwa solat Magrib akan dijamak dengan Isya, kami hanya berhenti tanpa turun di rest area dan bisa sampai di kota Makkah sesuai rencana.

Tiba di Makkah kami hanya istirahat sebentar dan menaruh barang-barang di hotel, kemudian langsung bersiap untuk melaksanakan umroh.  Pada waktu melihat jadwal umroh, saya sebenarnya agak kaget dan waswas, karena di jadwal kami baru mulai umroh sekitar jam 11 malam, which is itu sudah jam tidur saya dan biasanya kalau belum tidur saya akan merasa mengantuk dan lelah.. tapi saat itu saya hanya berdoa semoga dikuatkan dan dimudahkan dalam pelaksanaan umrohnya.

Alhamdulillah selama melaksanakan inti ibadah umroh tersebut, benar-benar saya merasa diberi kekuatan dan kemudahan, sampai tidak berhenti menangis karena I don’t think I deserve it.  Rasanya semua orang yang diberi kesempatan solat di Baitullah akan merasakan hal yang sama.  Saat itu saya cuma berpikir kenapa bisa sebaik ini ya Allah, padahal dosa-dosaku begitu banyak.. sampai rasanya berdoa saja tidak terpikir apa lagi yang mau saya minta.. I’ve already had this much.. it’s more than enough, much more than I deserve..

Dan sebelum saya berangkat, saya mendengar cerita orang-orang yang sudah pernah berangkat, katanya apa yang kita pikirkan atau ucapkan, pasti kejadian.  Mendengar itu sebenarnya agak waswas mengingat saya ini suka komentar dan suka berpikir negatif.  Makanya sewaktu di Makkah – dan Madinah, setiap saya mulai berpikir aneh sedikit, langsung mengingatkan diri sendiri untuk berdzikir.  Dan saya mengalami kejadian itu sendiri.  Saya ingat sempat bergumam sendiri di Masjid Nabawi “pasti bagus banget ya kalau bisa melihat payung-payung ini kalau lagi dibuka pagi-pagi..”dan besoknya langung dikasih, sambil menunggu solat dhuha saya duduk di luar dan tiba-tiba payung-payung itu mengembang.. I was so speechless.

Di Makkah juga saya sempat berpikir saat melihat orang-orang solat di pelataran Masjidil Haram saat magrib “gimana rasanya ya solat diluar gini, kan penuh dan ramai .. “ ternyata besoknya kami tidak kebagian tempat di dalam waktu solat Isya karena berangkatnya telat, dan akhirnya harus keluar lagi dan solat di pelataran.  I was like, oh this is it, I get what my thought told me yesterday :D
Saya juga ingat sempat berpikir “disini bacaan solatnya panjang-panjang dan bukan dari juz 30 yang familiar.. padahal pengen banget denger surat Al A’la atau Al Lail langsung dari imam Masjidil Haram ya..” dan langsung dibayar tunai besok hari waktu solat Subuh, Al Lail dibacakan langsung oleh Imam Masjidil Haram.  Rasanya seperti dikasih tau “I hear you and I will give it to you..” Masya Allah ..

Yang paling saya ingat di hari kedua setelah umroh, setelah Isya Pak Ustadz pembimbing mengajak kami untuk mencoba solat di Hijr Ismail karena beliau melihat keadaan tidak begitu ramai dan sepertinya bisa kalau mau coba solat di sana, tapi tidak wajib dan hanya yang mau saja.  Hijr Ismail itu adalah salah satu tempat mustajab dan berdoa atau solat di dalamnya itu seperti solat di dalam Ka’bah.  Siapa yang tidak ingin solat di sana coba.. akhirnya saya dan Ibu pun pergi bersama sedikit rombongan, karena memang tidak wajib dan kami berserah diri sambil berdoa semoga sekali saja bisa diberi kesempatan ini.  Waktu sampai disana memang tidak terlalu ramai, tapi tetap saja di pintu masuk Hijr Ismail sudah bergerombol orang yang mengantri.  Waktu saya mengantri, yang ada di pikiran saya cuma doa “Ya Allah, sekali saja.. Cuma sekali dan sebentar saja, saya tidak akan lama-lama supaya bisa bergantian dengan orang lain, setelah Ibu saya bisa masuk, ijinkan saya sekali saja, 2 rakaat saja, even if this is my last time, but I hope it wont be my last time, sekali saja ya Allah, ingin berdoa di jarak terdekat dengan-Mu..” dan jalan itu terbuka.. untuk saya, Ibu saya, dan rombongan kecil kami.  Walau tetap harus berdesakan, tapi kami semua Alhamdulillah bisa solat dua rakaat.  Kami semua yang keluar setelah solat penuh dengan air mata.  I don’t know what others think, but again, I think this was too much.. why do I get everything more than I deserve.. 

Allah begitu baik.

Selama di Makkah saya dipertemukan dengan ayat-ayat ini saat tilawah

“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu” ( Ar Ra’d : 2)

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (Ibrahim : 7)

Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya.
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Ibrahim:34)

I really wish and sincerely prayed semoga saat itu adalah bukan saat terakhir saya mengunjungi Makkah dan Madinah.  Semoga ada kesempatan lagi dan bisa pergi bersama orang-orang yang saya sayangi, dan berharap kami bisa berkumpul bersama di surga nanti.




Jumat, 04 Oktober 2019

Madinah al Munawarah

Madinah al Munawarah - Madinah kota yang bercahaya.
Tiba di Madinah di malam hari memang penuh dengan cahaya.  Tapi al Munawarah yang dimaksud adalah kota ini akan menjadi kota yang bercahaya di hari kiamat nanti karena kesuciannya.
Jadwal yang kami dapat adalah 4 hari berada di Madinah, sebelum berangkat ke Mekkah untuk melaksanakan umroh.

Day 1-2
Setelah penerbangan sembilan jam dari Jakarta, kami tiba di hotel sekitar jam 12 malam waktu setempat.  Selama di Madinah, kami menginap di Nozol Munawarah, hotelnya hanya 5 menit berjalan kaki dari/ke masjid Nabawi.  Jadi setelah pembagian kamar, kami hanya beristirahat sebentar, kemudian menuju ke Masjid Nabawi untuk solat tahajud dan solat subuh. 


Prince Mohammed bin Abdul Aziz Int'l Airport

Yang pertama kali dirasakan saat masuk ke Masjid Nabawi tentu saja terharu, tidak menyangka bisa sampai ke tempat ini dan berada dekat sekali dengan Rasulullah SAW.  Walaupun Masjid ini tidak pernah sepi, ada kedamaian yang terasa menyelimuti di tengah hiruk pikuk lalu lalang jamaah.  It's just a peaceful atmosphere surround us. 
Inside Masjid Nabawi


Setelah solat subuh, kami kembali ke hotel untuk sarapan pagi, dan kemudian bersiap untuk ziarah dalam Masjid Nabawi, Makam Baqi, dan Raudhoh.
Saat ziarah ini, Alhamdulillah kami dipandu langsung oleh Aa Gym, beliau menjelaskan segala hal tentang Masjid Nabawi, dan kami juga dibawa berziarah ke Makam Baqi, tempat dimakamkannya orang-orang soleh, dan menurut riwayat, orang-orang yang dimakamkan disini akan dibangkitkan lebih dulu saat hari kiamat nanti.






Setelah keliling Masjid, jamaah wanita dan jamaah pria dipisahkan karena akan mengunjungi Raudhoh dan Makam Rasullullah SAW.  Kalau jamaah pria lebih beruntung karena bisa mengunjungi makam Rasulullah SAW, namun untuk jamaah wanita, dibatasi hanya sampai Raudhoh, tempat diantara mimbar dan rumah  Rasullullah SAW yang menjadi tempat mustajab untuk berdoa.
Namun perjuangannya untuk sampai ke Raudhoh luar biasaaaa saudara-saudara.  Kami sudah mengantri untuk masuk, dan begitu sudah sampai ke batas Raudhoh, dimulailah dorong-mendorong terjadi karena penuh sekali jamaah yang ingin masuk, dan akhirnya saya dan Ibu menyerah dan tidak sempat solat di saf depan, kami mencari tempat yang agak sepi dari dorong-mendorong jamaah lain.
Beberapa orang bilang kalau malam lebih sepi, tapi rasanya kami tidak berani mencoba lagi, karena jamaah dari negara-negara Arab dan India badannya jauh lebih besar dan bergerombol, tenaganya pun besar dan benar-benar membuat kita merasa akan jatuh terpental :p



Personally, saya suka sekali solat di Masjid Nabawi, karena ketenangan dan keteraturannya.  I don't know why but everything seems so beautifully in order, bahkan burung-burung merpati yang terbang di halamannya pun dalam satu irama yang sama.  Mengingatkan saya pada ayat “Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersamanya (Daud) di waktu petang dan pagi. Dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul (sehingga bertasbih bersamanya). Masing-masing burung itu amat taat kepada-Nya.” (QS. Shad:17-19)




Day 3-4
Di hari ketiga, kami city tour kota Madinah dengan mengunjungi masjid Quba, makam syuhada Perang Uhud, dan kemudian kebun kurma.  Diriwayatkan bahwa keutamaan solat di Masjid Quba adalah sama seperti pahala berumroh. 



Masjid Quba
 Tapi dari city tour hari ketiga ini, yang paling mengharukan adalah saat berziarah ke Makam syuhada perang Uhud.  Ustadz pembimbing kami mengisahkannya dengan sangat indah, bahwa para syuhada ini tidak gentar dan menuruti perintah untuk tetap berada di posisi mereka walaupun dikepung musuh dalam jumlah yang jauh lebih besar.  Pak Ustadz bilang, para syuhada ini sebenarnya tidak pernah mati, mereka menunggu dalam kenikmatan sampai hari dimana mereka akan masuk ke syurga, hanya bagi kita di dunia saja mereka terlihat sudah menjadi jenazah, tapi saat ada perbaikan makam dan terpaksa membongkar makam, jenazah mereka masih utuh dan bahkan darahnya belum mengering.  In my memory, adegan perang paling keren adalah di Lord of The Ring The Return of The King, waktu adegan Aragorn membawa pasukan hantu yang dulu pernah berkhianat untuk kembali berperang bersamanya agar mereka bisa beristirahat dengan tenang.  But this story of Syuhada is a lot more affected me, dan seribu kali lebih mengharukan.
Di makam itu pun saya berdoa, semoga saat hari akhir nanti, saya bisa melihat mereka, dan berada di barisan yang sama, walaupun saya berada jauuuuh sekali di paling belakang, it doesn't matter.