Come in with the Rain

Kamis, 29 Juli 2021

My Covid Stories - part 2

 Jadi, apa yang harus dilakukan kalau hasil tes PCR kamu positif?

These points below are my experiences, you can try it, or find another better way.. it's just my stories..

1.  Tenang, jangan panik, dan kalau kamu muslim mengikuti nasihat Aa Gym, ucapkan tiga hal berikut:

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (sesungguhnya kita adalah milik Allah dan semuanya akan kembali pada Allah SWT.)

Qadarullah wa ma syafa a'la (Ini adalah takdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki Dia lakukan)

Alhamdulillah ala kulli hal (Segala puji bagi Allah atas setiap keadaan)

Loh kenapa Alhamdulillah? karena bisa jadi sakitmu ini menjadi jalan untuk menggugurkan dosa-dosamu, dan ketika Allah mencintai suatu kaum, maka mereka akan diuji.. Ge-er ngga? Ge-er ngga? Ge-er laaah.. masa ngga.. 😁

2.  Lapor ke Puskesmas dan Ketua RT, supaya terdata dan terpantau.  Staff Puskesmas nanti akan menghubungi kita, memberikan obat, dan memantau kondisi kita setiap hari.  Dan jika ada perburukan akan dibantu penanganannya.  Well kecepatan tiap Puskesmas memang berbeda, tapi setidaknya data kita sudah masuk dalam database pemerintah dan karena Covid ini ditanggung pemerintah jika dirawat di RS maka mudah-mudahan akan lebih mudah.  In my case, karena Puskesmas-nya agak lama, kami inisiatif untuk konsultasi ke dokter RS Swasta dulu dan dilakukan rontgen thorax, kemudian diberi obat sesuai gejala yang muncul.

3.  Segera pisahkan diri dari anggota keluarga lain yang serumah.  Jika tersedia ruangan yang berbeda lantai dan kamar mandi lebih baik, tapi jika tidak, you need extra careful terutama di area kamar mandi.  Pastikan semua benda dipisahkan dari yang sehat, dan ekstra semprot-semprot disinfektan di kamar mandi.

4.  Semua alat makan dan alat mandi juga dipisahkan.  Jika selesai makan, siram dengan air panas dulu baru kemudian dicuci dengan sabun, diusahakan memakai sarung tangan bagi yang mencuci piring/pakaian penderita.

5.  Minum obat, makan yang banyak, berjemur.  Sisa waktu bisa kerjakan hal yang berfaedah lainnya, kalau pusing, tidur aja karena tidur juga salah satu waktu imun tubuh berperang melawan virus.

6.  Buat catatan kronologis harian, sejak mulai muncul gejala dan kemudian kondisi kesehatan harian: suhu tubuh, saturasi oksigen, gejala yang dialami hari itu, anything that will be useful when your condition drop unexpectedly.

7.  Memang virus ini akan menghilang sendiri setelah kurang lebih 14 hari, tapi jangan lengah namun juga jangan terlalu stress.. ambil posisi ditengah-tengah, tetap aware dan waspada dengan kondisi tubuh sendiri atau orang yang dirawat.  Terutama saturasi oksigen.  

8.  Berdoa, dzikir, whatever you can do untuk mendekatkan diri ke Dia yang menciptakan tubuh kamu dan virus itu.  When you can't do anything, or you have nothing, pray is your biggest greatest weapon to change it.

Terus, minum apa aja?

Yang pasti: Jangan sembarangan beli obat!!! 

Walaupun sumbernya dari WAG keluarga dan katanya dari dokter.  Kondisi tiap orang berbeda, dan lebih aman untuk konsultasi ke dokter dulu untuk mendapat resep yang sesuai dengan kondisi badan kamu.

Untuk suplemen tambahan, my family used:

- Propoelix HDI

- Madu (any kind of it, Madu uray, clover honey, madu apa aja yang ada dirumah)

- Yogurt, susu, buah-buahan, semua cemilan sehat

- Cuci hidung pakai cairan infus/NaCl (bisa cari di YouTube cara lengkapnya)

- Diffuse Young Living Oil waktu tidur siang dan malam: Thieves, Eucalyptus, Raven, RC, Peppermint, semua yang ada dirumah deh.

Sekali lagi ini bukan kewajiban, hanya pengalaman kami saja, dan Alhamdulillah berhasil.

Lalu yang terakhir, yah setelah berusaha dan berdoa, tinggal pasrah aja hasilnya seperti apa.. 

but at least we've tried our best, don't we.. 

I hope this is our last time facing it, me and my father already got vaccinated btw, and we still caught by the virus.. tapi mungkin karena efek vaksin juga jadi gejala kami ringan saja.  So,  if you have a chance to get vaccinated, go on.. supaya kita lebih cepat keluar dari pandemi ini dan bisa jajan-jajan jalan-jalan lagi ya kaaan...

💓💓💓






My Covid Stories

Wait, what's with the plural on the title?

Well, it's because I had three cases in my house. 😅

Jadi semenjak virus ini merebak, kami berusaha dengan sekuat tenaga untuk selalu menaati prokes, minum vitamin, dan menghindari jalan-jalan diluar kepentingan yang sangat mendesak.

Tapi قدر الله وما شاء فعل   qadarullah wa maa syafa a'la saya dan keluarga diberikan ujian untuk mengalami Covid ini dan Alhamdulillah kami diberikan kemudahan untuk melewatinya.

Januari 2021

Diawali dengan Ibu merasa ga enak badan, pusing, terasa ngilu di seluruh badan, tapi masih menolak untuk ke dokter karena merasa ga kuat ngantri di dokter yang selalu penuh.  Sampai setelah sekitar 5 hari kemudian setelah demam, Ibu saya tiba-tiba bilang "kok ini lagi tumis bumbu ga kecium ya.."🙈My sister who was at home instantly panic dan WA ke saya dan kakak dan kami langsung berkata "yaudah positif itu mah" dan saya yang saat itu di kantor langsung izin pulang.

Esok harinya saya, ibu, bapak dan adik langsung ke RS untuk PCR (and that day was my birthday 😅) dan benar saja Ibu saya positif dan kami bertiga negatif.  Dua hari setelahnya dihabiskan dengan Ibu dan Bapak berantem menebak-nebak dari mana virusnya datang 😂 , karena Bapak masih suka nongkrong ngobrol dengan bapak-bapak tetangga dan Ibu masih suka ikut pengajian.

Setelah mereda dan menerima kenyataan, saya dan adik saya pun berperan jadi suster plus tukang masak selama 2 minggu kemudian, yang ga usah ditanya rasa masakannya, dan merasakan pusingnya pertanyaan "besok masak apa ya?" hahaha.. that question and thought was demanding, you should try it to know.

Juli 2021

Tiga hari setelah Bapak melayat ke tetangga dekat rumah (sudah dikasih tau bolak-balik ga usah pergi, tapi karena kami orang Indonesia yang 'ga enakan' akhirnya tetap pergi), Bapak mulai batuk-batuk dan menurut saya agak beda dengan batuknya yang biasa, dan masih berkelit katanya batuk karena makan mie untuk menghindar dari suruhan kami ke dokter.  Tiga hari setelah mulai batuk itu barulah Bapak mau ke dokter dan tes antigen-nya pun positif.  Tapi kami sudah tidak kaget lagi dan merasa yaaah udah laaah.. 

Kemudian saya dan adik saya pun kembali menjadi suster dan tukang masak karena Ibu pun diungsikan ke lantai 2 dan tidak boleh mendekat ke bawah tempat Bapak isoman.  Sampai 3-4 hari setelah Bapak dinyatakan positif, saya mulai merasakan gatal di tenggorokan yang saya pikir karena Ch*t*me yang saya beli sebelumnya, tapi kemudian saya juga merasa demam yang naik turun dan rasanya aneh karena belum pernah merasakan demam seperti itu.  Deep down I have that feeling this might be because the virus too, dan kemudian terkonfirmasi dengan tes PCR.  And then, jadilah kami berdua diisolasi di lantai 1, dan adik saya jadi suster untuk dua orang 😄

Kalau ditanya "yang dirasain apa sih?" saya sungguh bersyukur baik saya dan kedua ortu saya mengalami gejala ringan, walaupun Ibu sepertinya masuk ke gejala sedang karena sempat sakit dada, mual, dan nyeri badan.  Saya cuma merasa seperti orang pilek dan lucunya hidung tersumbat tapi masih bisa bernafas dengan baik, tidak seperti hidung tersumbat karena pilek pada umumnya, dan beruntung tidak hilang penciuman. 

You know everybody says you should take it easy and don't be stressed out when you got tested positive.  For me personally, what makes my mind can't stop worrying is the possibility of the virus to do anything unexpectable on your body.  And that makes my mind always on Red Alert mode and that was tiring.

Well, luckily we can get through those times, and I share it as a reminder for myself, to be grateful always for all that happened.


                                                                                                                                   ...to be continued