Huaaa.. it’s been a long while since my last post. Rasanya sudah banyak kejadian yang
terlewatkan, dan entah sekarang masih diingat atau tidak. Saat Pak Tommy-Bos saya di tempat kerja dulu-
bertanya tentang catatan-catatan kecil saya, that time I suddenly realized that
I miss writing so much.
September lalu, saya mulai terlibat dalam aktivitas yang
sudah yah kurang lebih 4 tahun tidak saya lakukan, yaitu kuliah dan mengerjakan
segala pernak-perniknya. Lalu kemudian
saat orang-orang di sekitar saya tau apa yang kini saya lakukan,
pertanyaan-pertanyaan berikutnya yang datang berentetan seperti petasan adalah:
kuliah dimana? Jurusan apa? Ngapain kuliah lagi? Kenapa lo ambil begituan? XD
dan hal-hal sejenis lah yang ditanyakan.
Pertama, saya kuliah di universitas milik yayasan PGRI di dekat rumah,
lalu, ambil jurusan yang 1000% melenceng dari almamater awal, yaitu Pendidikan
Bahasa Inggris, trus kenapa, ya pasti biar bisa jadi guru hehe..
Entah kenapa saya selalu merasa orang-orang berpikir
diam-diam bahwa saya stress dan kurang kerjaan saat saya mengatakan cita-cita
saya, but no, absolutely not. Rasanya
memang dari dulu saya menyadari profesi guru sangat menyenangkan, dan kalaupun
nanti saya tetap ingin bekerja seperti saat ini, saya bisa mengajar untuk
pekerjaan tambahan. Prinsipnya sama
seperti gelas yang diisi air terus-menerus.
Lama-lama air dalam gelas akan tumpah kan, jadi lebih baik
menumpahkannya dalam gelas-gelas yang lain, yang mungkin akan menjadi lebih
bermanfaat. Dan ngomong-ngomong tentang
guru, mungkin sosok yang sangat menginspirasi saya adalah Butet Manurung,
lulusan S2, kehidupan lebih dari cukup, bisa punya karir yang menjanjikan di
Jakarta, mungkin bisa jadi anggota dewan, tetapi lebih memilih mengajar
anak-anak dari Suku Anak Dalam di tengah hutan dan mendirikan Sakola
Rimba. Mungkin saya belum se-ekstrim
itu, but who knows someday?
Minggu lalu saya juga baru menyelesaikan satu judul film
seri (yap, Korea lagi) yang menceritakan
tentang kehidupan seorang guru dan murid-muridnya, judul filmnya The Queen’s
Classroom. Guru Ma dalam cerita
tersebut, adalah seorang guru yang sangat kejam bahkan sampai dijuluki Nenek
sihir Ma. Dan hal itu bukan tanpa alasan,
dari awal saya selalu merasa Guru Ma tidak berperikemanusiaan. Mendiskriminasi anak berdasarkan nilai,
mengadu domba anak muridnya, menghukum dengan pekerjaan fisik yang melelahkan,
bahkan membiarkan seorang muridnya dikucilkan.
But later on, di episode-episode terakhir terungkaplah bahwa Guru Ma
sengaja bertindak seperti itu agar seluruh kelas bersatu, walau untuk
melawannya. Guru Ma sengaja mendidik
anak muridnya dengan keras agar mereka tahu bahwa kehidupan nyata juga
sama-bahkan lebih-keras. Dan dibalik
sifatnya yang keras, dia menyimpan catatan yang sangat detail tentang setiap
anak didiknya, sampai ke sifat dan psikologis si anak. Dia bahkan tidak peduli jika anak-anak akan
membencinya, dia hanya ingin tiap anak berjuang melawan kekurangan mereka, dan
percaya bahwa mereka tidak sendirian, percaya bahwa mereka memiliki teman-teman
yang akan membantu mereka.
Dan di episode terakhir yang mengharukan, saya teringat
dialog Guru Ma dengan Kim Seo-hyun.
Kim Seo-Hyun: “Guru,
Guru pernah mengatakan bahwa orang yang belajar untuk masuk universitas yang
baik atau mendapatkan pekerjaan yang baik agar punya uang banyak adalah
kesalahan besar. Guru juga mengatakan
belajar untuk mendapat nilai terbaik juga adalah hal yang bodoh. Jika seperti itu, lalu untuk apa kita
belajar?”
Guru Ma : “Ya, aku akan selalu berpendapat belajar
untuk hal-hal seperti itu adalah kesalahan.
Ingatlah, ketika kalian masih bayi, kalian akan belajar mengenali siapa
orang yang memberi kalian makan, siapa orang yang akan kalian panggil ayah dan
ibu, kalian akan mulai membedakan benda-benda disekitar kalian, kalian akan
mulai menjejakkan kaki kalian ke tanah.
Untuk apa semua itu, karena kalian ingin tahu seperti apa rasanya. Saat mulai dewasa kalian juga setiap hari
bertanya kepada orang tua kalian, dan kalian akan terus mencoba melakukan
hal-hal yang tidak pernah kalian lakukan.
Untuk apa, karena kalian ingin tahu.
Jadi jangan lupakan rasa ingin tahu kalian itu, ingatlah, bahwa kalian
belajar karena kalian ingin tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang kalian
lontarkan,dan kalian pikirkan. Jika
kalian belajar karena keingintahuan itu, maka kalian pun tidak akan pernah
berhenti belajar.”
dan ada satu lagi dialog dari murid bernama Shim Ha-na kepada Guru Ma.
Shim Ha-na : "Guru, Guru pernah berkata bahwa hanya 1% orang di dunia ini yang benar-benar bahagia, yang mendapatkan apa yang mereka inginkan setelah bekerja dan belajar dengan keras. Tapi apa yang kurasakan berbeda. Seo-hyun merasa bahagia saat membaca buku, Dong-Goo bahagia saat bermain dengan serangga, Bo-mi bahagia saat menggambar komik, aku bahagia saat wajahku dibuat komik oleh Bo-mi. Jadi bukankah kebahagiaan setiap orang berbeda-beda, dan jika ada 25 anak di kelas ini berarti ada 25 macam kebahagiaan?"
Guru Ma : "Shim Ha-na, peganglah terus apa yang kamu percayai. Apapun yang terjadi, kamu harus berjuang untuk apa yang kamu percaya. Ingatlah kalau kalian tidak sendirian, jadi jika kamu bahagia, kamu harus melihat teman-temanmu, melihat apakah mereka juga bahagia. Jika kamu bahagia, temanmu juga harus ikut bahagia."
Terlepas dari apa yang akan saya hadapi nanti, terlepas dari
takdir yang sudah digariskan, apapun itu, saya tidak menyesal, karena sudah
melakukan apa yang saya sukai saat ini Terus belajar karena ingin mengetahui sesuatu. Melakukan hal-hal yang membuat saya bahagia. Dan tentu saja ikut menyaksikan kebahagiaan orang-orang di sekitar saya.