Come in with the Rain

Kamis, 29 Juli 2021

My Covid Stories

Wait, what's with the plural on the title?

Well, it's because I had three cases in my house. 😅

Jadi semenjak virus ini merebak, kami berusaha dengan sekuat tenaga untuk selalu menaati prokes, minum vitamin, dan menghindari jalan-jalan diluar kepentingan yang sangat mendesak.

Tapi قدر الله وما شاء فعل   qadarullah wa maa syafa a'la saya dan keluarga diberikan ujian untuk mengalami Covid ini dan Alhamdulillah kami diberikan kemudahan untuk melewatinya.

Januari 2021

Diawali dengan Ibu merasa ga enak badan, pusing, terasa ngilu di seluruh badan, tapi masih menolak untuk ke dokter karena merasa ga kuat ngantri di dokter yang selalu penuh.  Sampai setelah sekitar 5 hari kemudian setelah demam, Ibu saya tiba-tiba bilang "kok ini lagi tumis bumbu ga kecium ya.."🙈My sister who was at home instantly panic dan WA ke saya dan kakak dan kami langsung berkata "yaudah positif itu mah" dan saya yang saat itu di kantor langsung izin pulang.

Esok harinya saya, ibu, bapak dan adik langsung ke RS untuk PCR (and that day was my birthday 😅) dan benar saja Ibu saya positif dan kami bertiga negatif.  Dua hari setelahnya dihabiskan dengan Ibu dan Bapak berantem menebak-nebak dari mana virusnya datang 😂 , karena Bapak masih suka nongkrong ngobrol dengan bapak-bapak tetangga dan Ibu masih suka ikut pengajian.

Setelah mereda dan menerima kenyataan, saya dan adik saya pun berperan jadi suster plus tukang masak selama 2 minggu kemudian, yang ga usah ditanya rasa masakannya, dan merasakan pusingnya pertanyaan "besok masak apa ya?" hahaha.. that question and thought was demanding, you should try it to know.

Juli 2021

Tiga hari setelah Bapak melayat ke tetangga dekat rumah (sudah dikasih tau bolak-balik ga usah pergi, tapi karena kami orang Indonesia yang 'ga enakan' akhirnya tetap pergi), Bapak mulai batuk-batuk dan menurut saya agak beda dengan batuknya yang biasa, dan masih berkelit katanya batuk karena makan mie untuk menghindar dari suruhan kami ke dokter.  Tiga hari setelah mulai batuk itu barulah Bapak mau ke dokter dan tes antigen-nya pun positif.  Tapi kami sudah tidak kaget lagi dan merasa yaaah udah laaah.. 

Kemudian saya dan adik saya pun kembali menjadi suster dan tukang masak karena Ibu pun diungsikan ke lantai 2 dan tidak boleh mendekat ke bawah tempat Bapak isoman.  Sampai 3-4 hari setelah Bapak dinyatakan positif, saya mulai merasakan gatal di tenggorokan yang saya pikir karena Ch*t*me yang saya beli sebelumnya, tapi kemudian saya juga merasa demam yang naik turun dan rasanya aneh karena belum pernah merasakan demam seperti itu.  Deep down I have that feeling this might be because the virus too, dan kemudian terkonfirmasi dengan tes PCR.  And then, jadilah kami berdua diisolasi di lantai 1, dan adik saya jadi suster untuk dua orang 😄

Kalau ditanya "yang dirasain apa sih?" saya sungguh bersyukur baik saya dan kedua ortu saya mengalami gejala ringan, walaupun Ibu sepertinya masuk ke gejala sedang karena sempat sakit dada, mual, dan nyeri badan.  Saya cuma merasa seperti orang pilek dan lucunya hidung tersumbat tapi masih bisa bernafas dengan baik, tidak seperti hidung tersumbat karena pilek pada umumnya, dan beruntung tidak hilang penciuman. 

You know everybody says you should take it easy and don't be stressed out when you got tested positive.  For me personally, what makes my mind can't stop worrying is the possibility of the virus to do anything unexpectable on your body.  And that makes my mind always on Red Alert mode and that was tiring.

Well, luckily we can get through those times, and I share it as a reminder for myself, to be grateful always for all that happened.


                                                                                                                                   ...to be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar