Come in with the Rain

Rabu, 09 Mei 2012

Judulnya Mencoba Menghibur Diri Sendiri...

Ibu saya - yang lebih banyak ngomel daripada ceramah, hehe.. - pernah memberikan satu kalimat yang selalu saya ingat..
"Manusia itu ada yang dicoba dengan kemudahan, ada juga yang dicoba dengan kesulitan"
just a simple sentence i know, but it means a lot.
Pernah ngga sih, bertemu orang yang menurut kita "perfect" ? Saya..sayangnya sering.

Kakak kelas saya jaman SMA, is absolutely perfect - at least, that's how i saw him.  Gimana nggak, pinter, anak orang pinter, kaya dari lahir, ketua osis, aktivis rohis, plus guanteng yang bikin semua orang kelibas (yg ini agak saya perbuas,hee..).  Ibarat orang Jawa bilang, Bibit-Bebet-Bobot sudah lulus uji kelayakan.  Semua yang kakak ini kerjakan pasti hasilnya oke, kalo pidato di depan orang juga keren, dan semenjak dapet beasiswa kuliah di NTU, kakak ini tinggal di sana..terakhir dengar kabar kalau sudah menikah dengan teman sekelasnya pas SMA dulu..life just like a fairy tale for him.
Ada lagi teman saya, super cantik, pinter, kuliah di kampus no.1, uang bukan sesuatu yang dipikirkan, lembut tutur katanya, plus dapet suami dokter yang juga tipikal perfect seperti itu.. Haaah..life sometimes seems so unfair.  Seperti sebuah kalimat di novel yang pernah saya baca "Betapa mood Tuhan sedang bagus saat menciptakannya.."

Sebagai orang yang terlahir dari kaum rakyat kebanyakan, kasta sudra mungkin kalau di India, ditambah terlahir di dunia di mana materi berwujud menjadi benda-benda yang harus diperjualbelikan, hal yang material memang selalu jadi tolak ukur keberhasilan -garis miring- kebahagiaan.  Walaupun statement saya akan dicap sebagai hal yang materialistis, saya akan mengambil poin "realistis" dari kata tersebut.  Mereka yang pernah merasakan penderitaan sampai ambang batas kesabaran tidak akan berkata "uang bukan segalanya" atau "money can't buy happiness".. i've been there..and that was something i would never ever ever let it happen to me again. 

Dan seperti cerita saya, ada banyak orang yang sepertinya menjalani hidup dengan sangat mudah, apapun yang diinginkan pasti mudah didapatkan, yang sayangnya sering mengundang rasa iri.  Tapi, saya pribadi tidak pernah merasa iri.  Kalau berkata "kapan ya bisa kayak gitu.." atau "coba kalau saya seperti itu juga.." itu sih jujur aja lumayan sering :D 
tapi setelah itu yaa kembali melanjutkan kehidupan normal saya yang sudah menanti. 

Di sisi lain, ada juga orang-orang yang ditakdirkan hidup dalam kondisi serba kekurangan.  Orang-orang tua yang seharusnya di rumah menggendong cucu namun masih memulung sampah, mereka yang tinggal di gerobak, mereka yang mencari makanan sisa yang masih layak, dan mereka-mereka lainnya yang saya tidak pernah sanggup untuk menatap matanya lama-lama, bukan karena jijik atau lain hal, tetapi karena saya belum bisa melakukan apa-apa untuk membantu.  Saya malu.  Dan saya tidak ingin mereka melihat saya terharu.

Manusia, memang pada dasarnya makhluk egois yang suka membanding-bandingkan.  Kita sering membandingkan kebahagiaan dan penderitaan.  Merasa lebih jika mendapat kebahagiaan.  Merasa senang jika masih ada yang kurang beruntung.  Padahal, seperti yang Ibu saya katakan
"Manusia itu ada yang dicoba dengan kemudahan, ada juga yang dicoba dengan kesulitan"
jadi, semua yang kita miliki pada hakikatnya adalah cobaan.  Apakah dengan cobaan-cobaan itu kita masih dapat mengingat unsur utama kita yang diciptakan dari tanah.  Saya selalu berusaha mengingat kata-kata Ibu itu setiap hari, terutama saat saya sedih.  Tuhan pun memiliki cara Nya sendiri untuk menghibur saya, setiap kali saya merasa sedih, saya akan naik ke lantai paling atas (kost-kostan saya tingkat 3 :p ) dan di langit malam, pasti ada hamparan bintang yang berkilauan, yang seperti berkata "you're just gonna be allright".  Seriously, it's real.  And i will take a deep breath, menghibur diri sendiri sambil berkata "mungkin memang sedang dicoba dengan kesulitan, siapa tau lain kali dicoba dengan kemudahan."

2 komentar:

  1. Yeah you've got the point nci, like my mom said "hidup di dunia ini neraka bagi orang beriman dan surga bagi yang ingkar" jadi selama kita masih diberikan cobaan baik dalam kesulitan ato kemudahan sebaiknya kita bersyukur karena masih diperhatikan Allah SWT sebagai hambanya yang beriman.

    BalasHapus
  2. Yeaaahhh...
    Jadiii...
    Semangkaaaa...
    Semangat kakaaa..
    Acha acha fighting !(^^)!

    BalasHapus