Come in with the Rain

Selasa, 07 Mei 2013

1st Anniversaire


Saking asyiknya, saya sampai tidak sadar kalau sudah satu tahun berlalu semenjak saya membuat blog ini.  Dan masih saja orang bertanya:” kenapa sih lo suka nulis-nulis aneh-aneh?”  , pertanyaan yang hanya saya jawab sambil lalu tapi sanggup membuat saya berpikir, bukan karena sulit menemukan jawabannya, tetapi karena terlalu banyak jawaban yang tersedia.

Tere Liye, salah satu pengarang favorit saya, pernah menulis di fanpage facebooknya, lupa sih kalimat bagusnya bagaimana, tapi intinya “Kalau mau menulis, menulis saja, tidak usah dipikirkan apakah tulisan kita bagus atau tidak, apakah ada yang baca atau tidak, apakah disukai atau tidak, atau lebih parah, apakah akan dijiplak atau tidak.  Terlalu banyak berpikir justru akan menyurutkan niat kita untuk berbagi.”

Jadi, dengan berpegang teguh pada kata-kata itu, saya tetap menulis.  Karena apa?  Here are some of my reasons

a.        I need a “Pensieve”.  Seperti yang dimiliki Professor Dumbledore di ruang kepala sekolah Hogwarts.  He said man will getting old and forget some important memories, sayangnya saya tidak dapat undangan untuk bersekolah di Hogwarts, jadi saya memutuskan untuk membuat “my own Pensieve”
b.      Sama seperti orang yang terlalu banyak makan sampai perutnya penuh dan –maaf- diare, begitulah kira-kira apa yang terjadi di kepala saya.  Too many things inside my mind, yang saya khawatirkan akan merembes keluar dan hanya membaur menjadi udara.  Jadi lebih baik disuarakan dulu kan ya?
c.       Saya menikmati koordinasi antara otak-mata-dan jari saat menulis.  Terutama bunyi keyboard yang berdetak cepat saat ide mengalir deras.  It. Was. Amazing.
Milyaran neuron yang mengalirkan pesan dari kepala sampai ke tangan dalam waktu sepersekian detik, membayangkannya seperti melihat potongan film Mission Impossible yang terkenal – api yang menjalar di sumbu bom waktu dengan theme song nya yang khas, yah kurang lebih seperti itu.

Lalu tujuannya apa?  Kalau mungkin suatu saat akan dijadikan buku seperti Raditya Dika, atau Ika Marissa, atau penulis terkenal lainnya, rasanya masih jauh.  Yang paling saya inginkan di atas apapun -sama ketika saya membaca tulisan orang lain- ketika yang membaca tulisan saya mengalami hal yang sama dengan yang saya ceritakan, mereka akan tahu kalau mereka tidak sendirian.   That will be more than enough.


Long Live!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar