Come in with the Rain

Senin, 29 April 2013

Fraction #3


The messages

“Rei, aku sudah selesai memeriksa dokumen yang kamu berikan.  Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan.”
“Oke pak, Senin aja saya ke kantor Bapak.”
“Kamu segitu ngga ingin diganggunya ya kalau untuk urusan kantor di luar jam kerja?”
“Mmm..ini yang namanya hidup berkualitas Pak :p “
“Tapi bener-bener ngga bisa diganggu walaupun urusan darurat ya?”
“Case by case sih Pak, dan untuk kasus Bapak sepertinya memang harus menunggu Senin, karena dokumennya saya tinggal di kantor.”
“Kenapa sih harus panggil saya ‘Bapak’ ? Rasanya umur kita ngga jauh beda.. Umur kamu berapa sih?”
“A secret makes a woman ‘woman’ Pak :D “
“Hee..kamu baca Detective Conan juga?”
“Oooh Bapak juga baca ya?  Kalau begitu bisa tebak umur saya dong.. :p “
“Kalau sekali tebak langsung benar kamu traktir saya makan siang ya?”
“Kalau saya bohong juga kan Bapak ngga tau selama belum liat KTP saya”
“Kamu bukan tipe orang yang bisa bohong, langsung ketahuan di muka.  Sama ketahuannya waktu kamu sebel banget saya coret-coret dokumen kamu kemarin”
“Kalau tahu kok ya masih diterusin..”
“Pertama, karena memang harus dikoreksi, dan lebih cepat kalau saya coret langsung kan?  Kedua, karena muka kamu yang cemberut sambil manyun itu bikin saya ngga tahan untuk ngerjain kamu, hahaha..”
“Oh, oke..saya tiba-tiba jadi ngantuk, Bapak ngga ada kerjaan lain kah?”
“Hahaha..hei, kita belum selesai, kalau sekali tebak umur kamu saya langsung benar, saya ditraktir makan siang, dan kamu harus berhenti panggil saya ‘Bapak’.  Oke? “
“Kalau salah?”
“Saya traktir kamu makan siang seminggu penuh, gimana?”
“Modus lama itu Pak, enak di Bapak dong..”
“Hahaha..are you always this cold?”
“Like I said before, it was case by case.”
“So, I guess I’m a special case?”
“Kalau salah, Bapak bisa langsung kerjain kerjaan Bapak yang lain, dan saya juga melakukan hal yang lain ya?”
“Ooow..itu mengusir secara halus ya? :D “
“Oke, let’s begin with your single answer.  Think about it carefully, you only have one chance.”
“24”
I drop my phone in surprise.
“Rei, bener ngga?”
“How do you know?”
“Just a feeling.  But m y feeling is usually right.  Isn’t it?”
“Baiklah, demi nama kebenaran dan keadilan yang saya junjung tinggi, saya mengakui jawaban Bapak benar.  Senin saya traktir Bapak makan siang, tapi jangan di tempat yang mahal-mahal ya Pak.”
“Hahaha.. ulang lagi dong kalimatnya, tapi dengan persyaratan yang kedua: jangan pake ‘Bapak’.”
“Trus saya harus ganti pake ‘Ibu’ gitu?  Jadi aneh dong.. “
“Rei, I thought we already had a deal?”
“Baiklah, demi nama kebenaran dan keadilan yang saya junjung tinggi, saya mengakui jawaban kamu benar.  Senin saya traktir kamu makan siang, tapi jangan di tempat yang mahal-mahal ya Eri..”
“Hahaha.. oke, saya janji ngga bakal bikin kamu bangkrut.  By the way, kamu lagi ngapain Rei?”
“Ngeladenin klien yang ngga habis-habis pertanyaannya.”
“Hahaha..kamu dari tadi bikin saya ketawa terus deh.”
“Kamu membuat saya terdengar seperti Nunung OVJ.”
“Eh, ide bagus tu, kamu ikutan audisi aja, cocok rasanya kamu jadi pelawak.”
“Pak Eri, seriously, don’t you have anything else to do?”
“Ngga, makanya saya iseng cari teman ngobrol, hehe..”
“Terus kenapa saya yang harus jadi korban?”
“Karena pasti kamu ngga akan tega mengacuhkan pertanyaan-pertanyaan saya.  Ya kan?”
“Rei”
“Rei”
“PING”
“PING”
“Yang punya hape udah tidur.”
“Hahaha.. Good night Rei, have a nice sleep.”
“Good night, Eri.”
Rasa kantukku menghilang entah kemana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar