Few years ago, travelling to another country was just a
b*llsh*t dream for me. That it was only
a dream in my highest imagination.
That I never imagined it would become true. But it did.
It was all started when my friend, Vira, asked me if I want to join her to
a trip to KL because she got a promo ticket, and I just said I would. I thought my first destination abroad will be
KL, but then when my sister heard that we’d travelling to KL –me and Vira
- she envied us and then asked me to go
to Singapore, and of course I said I would, again. So then I got 2 plans abroad in October 2013
and February 2014, and it was so much exciting.
So my first trip changed to Singapore then.
I remember the scene from The Hunger Games movie, when
Katniss and Peeta from district 12 was seeing Capitol for the first time, when
they saw everything in amazement, and that’s exactly how I felt when I came to
Singapore.
Sebenarnya sih keadaan Singapura dan Jakarta secara iklim
tidak jauh berbeda. Secara penduduk juga
sama dengan Jakarta dengan masing-masing keragaman yang dimilikinya. Namun harus diakui kalau pembangunan
infrastruktur, sarana dan prasarana publik di Singapura sudah jauh diatas
Jakarta. Apalagi sarana
transportasinya. Singaporean yang
mengendarai motor atau mobil pribadi hanyalah mereka yang masuk golongan kelas
atas, karena pajak kendaraan dan biaya parkir yang tinggi. Sisanya, lebih memilih transportasi
publik. Jalur MRT dan bus yang
menghubungkan seluruh kota dengan tarif terjangkau dan jadwal yang reliable menjadi
alasan untuk lebih memilih menggunakan transportasi massal ini.
Dan satu hal lagi yang mengagumkan dari Singaporean adalah
ketertiban mereka dalam segala hal. Yah
wajar saja sih karena di setiap sudut ada CCTV dan ancaman denda yang lumayan
mahal untuk setiap pelanggaran. Memang
kehidupan mereka jadi seperti terlihat monoton dan seperti robot, but I prefer
order than chaos. And when I was there,
ada beberapa hal menarik yang saya temui dan mungkin harus diketahui jadi kalau
suatu saat kalian kesana, kalian tidak akan terlihat “Indonesia banget”.
1.
Singaporean use escalator in 2 lines/2
sides. The left side is for those who
prefer to stand and enjoy the escalator.
While the right side is for those who prefer to walk. Jadi, jangan berlaku seperti saat di
Indonesia ketika naik escalator dengan teman dan kalian berdiri bersisian dan
hanya diam menikmati pemandangan sambil mengobrol.
2.
Ketika naik kendaraan umum, khususnya MRT,
mereka yang ingin naik tidak berdiri di depan pintu, tetapi di kedua sisi pintu. Jalan di depan pintu hanya untuk yang
turun. Bandingkan dengan adu otot yang
terjadi saat mau naik Commuter Line di Jakarta.
Sungguh saya merasa seperti orang barbar.
3.
Tidak ada makan/minum didalam MRT!
4.
Young Singaporean prefers to stand inside the MRT,
even if the seats are empty, even if the seats are not in the priority
area. They might wear something weird,
but they know how to prioritize the priority people.
5.
In fast food restaurant, when you have finished
your meal, you should take the tray and throw the trash in the trash bin, then
put the tray in its place (usually beside the trash bin). Never leave your trash behind!
6.
The toilets are dry toilets. They rarely use water, so you should prepare
wet tissues.
7.
Singaporean
are use to walk. Jadi walaupun jarak
antar halte bus mungkin sedikit jauh, jangan manja, semua orang berjalan kaki
dan menikmatinya. Kalau tidak mau capek
atau kepanasan, ya di hotel saja. Dan berjalanlah dengan mengikuti ritme orang-orang disana, karena ritme pejalan kaki di Singapura lebih cepat dari pada pejalan kaki disini yang suka jalan sambil berleha-leha.
And what amazed me most is, many old men and women are still
working. Kakek-kakek dan nenek-nenek
yang berjalan saja sudah pelan-pelan, masih bekerja menjadi cleaning service
atau pengawas ketertiban di stasiun MRT.
Agak sedikit miris, tapi bangga melihatnya. Dan saya membaca bahwa setiap lansia memang
masih berhak bekerja, dan ada perusahaan yang khusus merekrut mereka, bahkan
sebenarnya perusahaan tidak boleh menolak mereka selama mereka masih sanggup
dan ada lowongan yang tersedia. Para
lansia itu bekerja dengan beragam alasan, tapi kebanyakan untuk mengisi waktu
pensiun dan agar bisa memberi angpau pada cucu-cucunya. Pemerintah Singapura berpendapat untuk
pekerjaan-pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khusus seperti cleaning
service, tidak boleh diserahkan ke anak
muda, karena anak muda harus bekerja di bidang lain yang bisa ikut membangun
bangsa. Dan ternyata ada kisah
mengharukan di balik kesempatan bekerja dan penghargaan bagi para lansia ini,
you can find the link’s story here
Memegang kata-kata bos saya, Bu Sanni, “Daripada membeli
benda mahal-mahal yang ujung-ujungnya bakal rusak juga, mending kamu beli
pengalaman, kalau pengalaman bakal diingat terus. Dan menurut saya,, untuk sekali seumur hidup
setidaknya, kamu harus coba jalan-jalan keluar negeri, supaya tau kehidupan
yang berbeda di luar sana, ngga akan rugi, walaupun uang kamu habis dan
tabungan sisa 100 ribu, tapi kan orang-orang ngga bakal tau juga.” Keren
ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar