Come in with the Rain

Selasa, 20 Mei 2014

Obituari untuk Pak Tommy

Saya masih ingat perkenalan dengan Pak Tommy.  Saya dan teman-teman seangkatan saat itu ditugaskan di Balikpapan.  Entah berapa kilometer jauhnya dari rumah saya di Depok.  Terbuang di Kalimantan, di tempat pertama saya bekerja, tentu selain merasa excited, pasti juga terasa homesick, bingung, stress menghadapi pekerjaan, dan beragam perasaan lainnya. Pak Tommy lah yang membawa cerita tentang dirinya yang juga mengalami hal yang sama bertahun-tahun sebelumnya, dan menciptakan suasana yang penuh canda agar kami melupakan bahwa kami sedang jauh dari rumah.



Kami mengenalnya sebagai sosok yang amat baik, rendah hati, low profile yang membuatnya mampu bercanda dengan siapa saja, dan tentunya dengan hobi merokoknya yang bahkan bisa membuatnya merokok di dalam ruangan.  Pak Tommy selalu berpembawaan santai dan seperti tanpa masalah.  Tidak pernah bertindak seperti atasan lain yang gila hormat dan suka menyuruh seenaknya.  Bu Tommy, istrinya, pun sangat baik, selalu ramah, penuh senyum, senang bercanda dengan kami, tidak pernah bertindak seperti “ibu pejabat”, dan bahkan saya sangat menyukai anak-anaknya, terlebih Rima, anaknya yang ketiga, yang saat itu sedang lucu-lucunya.  Dan tahun pertama saya berada di Balikpapan pun terasa seperti di rumah sendiri, dan saat Pak Tommy dipindahtugaskan ke Jogja, mulailah orang-orang baik mengikutinya pergi dan rasanya “rumah” tak lagi sama.



Saya menulis ini, karena Pak Tommy juga, yang walaupun sudah tidak satu tempat kerja, tetapi masih suka menanyakan kabar kami lewat facebook walau hanya sekedar ‘say hi’, dan yang paling saya ingat adalah saat Pak Tommy menanyakan tulisan-tulisan kecil saya, dan anjurannya agar saya terus menulis.  Saya, yang menulis ala kadarnya saja, sangat tersanjung membacanya, dan berjanji untuk terus menulis.  Dan akhirnya hari ini saya menulis khusus untuk Bapak, walaupun tidak pernah terbayang yang akan saya tulis adalah obituari Bapak.


Semoga Bapak tenang disana ya Pak, dan mendapat balasan atas kebaikan-kebaikan yang pernah Bapak lakukan, dan semoga istri dan anak-anak Bapak senantiasa diberikan kekuatan dan kesabaran sepeninggal Bapak.  Saya pun teringat kata-kata orang-orang terdahulu, bahwa orang-orang baik memang selalu dipanggil lebih dulu, karena Allah lebih menyayangi mereka.




“Dan di dunia ini, manusia bukan berduyun-duyun lahir di dunia dan berduyun-duyun pula kembali pulang.  Seperti dunia dalam pasar malam.  Seorang-seorang mereka datang dan pergi.  Dan yang belum pergi dengan cemas-cemas menunggu saat nyawanya terbang entah kemana” (Dunia dalam Pasar Malam – Pramoedya Ananta Toer)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar