The messages
“Rei, aku sudah selesai memeriksa dokumen
yang kamu berikan. Ada beberapa hal yang
ingin kutanyakan.”
“Oke pak, Senin aja saya ke kantor Bapak.”
“Kamu segitu ngga ingin diganggunya ya
kalau untuk urusan kantor di luar jam kerja?”
“Mmm..ini yang namanya hidup berkualitas Pak :p “
“Tapi bener-bener ngga bisa diganggu
walaupun urusan darurat ya?”
“Case by case sih Pak, dan untuk kasus Bapak
sepertinya memang harus menunggu Senin, karena dokumennya saya tinggal di
kantor.”
“Kenapa sih harus panggil saya ‘Bapak’ ?
Rasanya umur kita ngga jauh beda.. Umur kamu berapa sih?”
“A secret makes a woman ‘woman’ Pak :D “
“Hee..kamu baca Detective Conan juga?”
“Oooh Bapak juga baca ya? Kalau begitu bisa tebak umur saya dong.. :p “
“Kalau sekali tebak langsung benar kamu
traktir saya makan siang ya?”
“Kalau saya bohong juga kan Bapak ngga tau selama
belum liat KTP saya”
“Kamu bukan tipe orang yang bisa bohong,
langsung ketahuan di muka. Sama
ketahuannya waktu kamu sebel banget saya coret-coret dokumen kamu kemarin”
“Kalau tahu kok ya masih diterusin..”
“Pertama, karena memang harus dikoreksi,
dan lebih cepat kalau saya coret langsung kan?
Kedua, karena muka kamu yang cemberut sambil manyun itu bikin saya ngga
tahan untuk ngerjain kamu, hahaha..”
“Oh, oke..saya tiba-tiba jadi ngantuk, Bapak ngga ada
kerjaan lain kah?”
“Hahaha..hei, kita belum selesai, kalau
sekali tebak umur kamu saya langsung benar, saya ditraktir makan siang, dan
kamu harus berhenti panggil saya ‘Bapak’.
Oke? “
“Kalau salah?”
“Saya traktir kamu makan siang seminggu
penuh, gimana?”
“Modus lama itu Pak, enak di Bapak dong..”
“Hahaha..are you always this cold?”
“Like I said before, it was case by case.”
“So, I guess I’m a special case?”
“Kalau salah, Bapak bisa langsung kerjain kerjaan
Bapak yang lain, dan saya juga melakukan hal yang lain ya?”
“Ooow..itu mengusir secara halus ya? :D “
“Oke, let’s begin with your single answer. Think about it carefully, you only have one
chance.”
“24”
I drop my phone
in surprise.
“Rei, bener ngga?”
“How do you know?”
“Just a feeling. But m y feeling is usually right. Isn’t it?”
“Baiklah, demi nama kebenaran dan keadilan yang saya
junjung tinggi, saya mengakui jawaban Bapak benar. Senin saya traktir Bapak makan siang, tapi
jangan di tempat yang mahal-mahal ya Pak.”
“Hahaha.. ulang lagi dong kalimatnya, tapi
dengan persyaratan yang kedua: jangan pake ‘Bapak’.”
“Trus saya harus ganti pake ‘Ibu’ gitu? Jadi aneh dong.. “
“Rei, I thought we already had a deal?”
“Baiklah, demi nama kebenaran dan keadilan yang saya
junjung tinggi, saya mengakui jawaban kamu benar. Senin saya traktir kamu makan siang, tapi
jangan di tempat yang mahal-mahal ya Eri..”
“Hahaha.. oke, saya janji ngga bakal bikin
kamu bangkrut. By the way, kamu lagi
ngapain Rei?”
“Ngeladenin klien yang ngga habis-habis
pertanyaannya.”
“Hahaha..kamu dari tadi bikin saya ketawa
terus deh.”
“Kamu membuat saya terdengar seperti Nunung OVJ.”
“Eh, ide bagus tu, kamu ikutan audisi aja,
cocok rasanya kamu jadi pelawak.”
“Pak Eri, seriously, don’t you have anything else to
do?”
“Ngga, makanya saya iseng cari teman
ngobrol, hehe..”
“Terus kenapa saya yang harus jadi korban?”
“Karena pasti kamu ngga akan tega
mengacuhkan pertanyaan-pertanyaan saya.
Ya kan?”
“Rei”
“Rei”
“PING”
“PING”
“Yang punya hape udah tidur.”
“Hahaha.. Good night Rei, have a nice
sleep.”
“Good night, Eri.”
Rasa kantukku
menghilang entah kemana.