Come in with the Rain

Minggu, 22 April 2012

Sept 21st, 2011 - My Gift is (unfortunately) My Curse

Namanya I Wayan Rakha Soewitha.  Seorang kakek yang sungguh sangat terlihat bijaksana dan pastinya tipe yang akan dengan senang hati bercerita ke cucu-cucunya sampai mereka lelah dan bosan.  Saya bertemu dia di kantor.  Sama seperti nasabah-nasabah lain yang masing-masing membawa cerita dan kehidupan yang berbeda-beda, beliau datang dengan wajah polos bersama anaknya, dan saat sang anak harus kembali ke kantornya untuk mengambil dokumen yang tertinggal, saat itulah kisah kami dimulai.

Saat itu siang hari dan lumayan sepi, sambil menunggu anaknya kami pun berbincang.  Saya bertanya tentang kesehariannya, dan tahulah saya bahwa beliau tinggal di dua Bali bergantian untuk menjaga cucu-cucunya, Bali dan Bali-kpapan, dia pun tersenyum mendengar ucapan saya. Dia kemudian menanyakan nama saya, dan kemudian terurailah sifat-sifat saya yang beliau hitung dari nama saya.

Ternyata beliau juga seseorang yang diberikan keistimewaan untuk “membaca”.

Beliau pun melihat telapak tangan kiri saya dan kemudian berkata “kamu harus bersyukur, dianugerahi ingatan yang kuat, yang membuat kamu mampu mengingat sesuatu dengan cepat, dan akan terus mengingatnya”.  Dan itu benar.  Saya selalu mengingat sesuatu yang unik dari seseorang, dari suatu kejadian, dari suatu cerita, dari pelajaran-pelajaran, and it stays there.  Names, faces, colours, details, moments.  Ingatan-ingatan itu selalu membantu saya.  Yang pasti membuat saya terlihat sedikit pintar tanpa harus belajar banyak (tidak seperti yang selalu dibayangkan oleh teman-teman saya, yang membayangkan saya menghabiskan seluruh waktu untuk belajar, oh come on :D )

Tapi terkadang, saya merasa ingatan-ingatan itu menyiksa.  Sulit sekali melupakan hal-hal yang memang ingin dilupakan.  Peristiwa buruk, orang-orang jahat, kenangan-kenangan yang sedih dan menyakitkan.  Semakin saya berusaha melupakannya, semakin banyak detail-detail baru yang bermunculan.  Sampai akhirnya saya mulai pusing dan memilih tidur, berharap esok paginya akan terbangun tanpa ada yang tertinggal.  Awalnya berhasil, namun setelah sampai di kamar mandi dan bercermin, teringatlah kembali semuanya.  Haaaaaahhh….dan kemudian saya pun bosan sendiri dan berdamai dengan semua endapan memori itu.  Berharap saya akan selalu mengingat hal-hal buruk itu setiap saat saya berniat melakukannya, dan mengingat betapa hal-hal buruk akan selalu sulit untuk dilupakan oleh orang lain.

Kemudian saya pun teringat Pak Wayan, yang mengatakan saya harus bersyukur dan menghargai hidup yang telah diberikan ke saya.  Saya mensyukurinya pak, sungguh.  Dan hal yang paling saya takutkan adalah kehilangan ingatan saya, beserta semua yang tersimpan di dalamnya, yang tidak akan bisa digantikan dengan microchip abad 32 sekalipun.

#tapi kok saya tetep susah mengingat arah dan jalan ya..jadi nyasar terus bawaannya :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar